Selasa, 19 Januari 2016

Marigold

Waktu itu saya pernah ditanya sama salah satu teman saya,"mil, lo gak tanam bunga-bunga?"

Dan waktu itu saya menjawab, "Gw cuma tanam yang bisa dimakan." 

Itu sebelum saya tahu kalau ada bunga-bunga yang bisa dimakan - edible flowers dan fakta bahwa mencampur tanaman bunga di antara tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan juga penting untuk mengecoh serangga yang tidak diinginkan dan mengundang serangga yang penting untuk tanaman kita, misalnya kupu-kupu dan lebah yang membantu proses penyerbukan.

Bunga yang pertama saya tanam adalah Marigold. Saya membeli bibitnya online setelah membaca tentang companion planting, rencananya saya akan menyandingkan Marigold dengan tanaman tomat karena Marigold bikin lalat-lalat yang suka numpang bertelur di daun tomat males untuk mendekat karena baunya. Selain itu akar Marigold juga membantu membunuh nematoda-nematoda yang dapat merusak akar tanaman. 

Marigold (kanan) berkecambah 
Saya mulai menanam benih Marigold bersamaan dengan menanam benih Terong Ungu, mereka pun berkecambah di waktu yang nyaris bersamaan, sekitar 3 - 4 hari sejak ditanam. 

Dari hasil browsing lebih dalam tentang Marigold, saya mengetahui bahwa bunga ini bisa dimakan walaupun ada macam-macam pendapat yang bilang kalau marigold yang bisa dimakan itu dari jenis Calendula, sementara yang saya tanam ini nama latinnya Tagetes Patula biasanya hanya digunakan sebagai pengusir serangga. Tapi saya bertekad tetap mau coba makan kalau sudah berbunga untuk memastikan apakah bunga ini bisa dimakan atau tidak. 

Selain Marigol masih banyak sekali edible flower yang populer seperti Pansy, Chamomile yang banyak digunakan untuk dibuat teh, juga Sunflower atau bunga matahari yang bijinya bisa diambil untuk jadi kuaci. Saya pun membeli bibit bunga-bunga lagi yang ada di daftar edible flower. Tapi dari sekian banyak benih bunga yang coba saya tanam di tahun 2015 tidak ada yang berkecambah lagi selain marigold itu.

Sementara kegagalan demi kegagalan saya lalui dengan berbagai macam benih bunga-bunga yang coba saya tanam, Marigold saya tumbuh subur dalam pot, bahkan hanya dengan perawatan yang minimal. Bunga ini tahan kering jadi saya hanya menyiramnya 2 hari sekali atau apabila permukaan tanah di pot tampak kering. Tiga setengah bulan kemudian Marigold mulai menampakan kuncupnya dan tak lama bunga mungil berwarna merah mekar dari kuncup tersebut.

Kuncup Marigold

Bunga Marigold mekar

Karena tanaman itu sudah semakin rimbun dan tampak sesak di potnya maka saya memutuskan memindahkan tanaman itu di tanah, di petak tanah kebun samping yang sudah dipagari dari serangan ayam. Tapi tak lama datang tukang kebun yang biasa dipanggil Papa Said setiap beberapa bulan sekali untuk merapikan rumput-rumpur liar. Semak Marigold saya dicabut sampai habis oleh tukang kebun itu karena dikira rumpur liar, mungkin karena bentuk daunnya yang kecil-kecil mirip rumput-rumputan yang sejenis putri malu. Tanaman marigold saya pun musnah tak berbekas.

Masih dengan hati hancur berantakan saya kembali membuka laman yang menjual bibit bunga online. Saya kembali membeli bibit marigold. Mulai dari nol lagi.

Saya membeli dua jenis Marigold berbeda, yang ternyata setelah berbunga coraknya berbeda dengan Marigold pertama yang berwarna merah. Marigold kedua yang saya tanam bunganya berwarna kuning. Sementara jenis satunya lagi bunganya juga berwarna kuning tapi ada garis jingga di tengah kelopak kuningnya.

Marigold kedua yang saya tanam
Setelah dilihat-lihat sih, walaupun bunga ini masuk ke kategori edible flower, tapi karena ukuran bunganya yang kecil jadi gak berasa makannya. Kalau pun dipakai di masakan palingan cuma sebagai hiasan cantik yang bisa dimakan. Tapi saya sudah coba makan kelopak Marigold, cenderung tidak ada rasanya jadi bisa ditelan dan yang penting sehabis makan gak sakit perut atau keracunan. Warna kelopaknya yang vibran bisa dipakai untuk  menambah warna di salad atau makanan lain.

Roti alpukat bertabur kelopak Marigold






Jumat, 08 Januari 2016

Flashback tahun 2015

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya semenjak saya memulai blog ini di tahun 2008 saya selalu membuat catatan akhir/awal tahun. Di tahun 2016 ini postingannya memang agak telat karena sudah satu minggu berlalu sejak pergantian tahun saya baru ada kesempatan update blog lagi.

Awal tahun 2015 saya lewatkan di Unit Gawat Darurat RS Persahabatan karena ada insiden yang terjadi menjelang detik-detik pergantian tahun di rumah saya yang cukup memacu adrenalin. Saat itu saya hanya mengantar tapi harus menunggu sampai pagi di dalam ruang itu. Sangat berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya yang saya lewatkan dengan tidur nyenyak, malam tahun baru 2015 saya sama sekali tidak tidur, malahan menyaksikan korban-korban kecelakaan motor, korban tawuran dan korban petasan hilir mudik di ruang UGD. 

Momen memacu adrenalin diawal tahun itu ternyata merupakan awal dari sulitnya tahun 2015 bagi saya. Perlambatan ekonomi dan pergantian posisi politik yang mengakibatkan banyaknya kebijakan-kebijakan yang berubah atau tidak jelas ditambah dengan perekonomian dunia yang secara umum memang lagi susah membuat usaha saya juga jadi susah. Prestasi terbesar di tahun 2015 kemarin untuk saya adalah bertahan atau survive

Walaupun tahun kemarin mungkin adalah tahun yang paling sedikit travelling untuk saya dalam 8 tahun terakhir tapi saya sempat mendaki puncak Merbabu. Sisa waktu luang yang ada saya pergunakan untuk berkebun dan lari. 

Tahun 2015 di bulan agustus bertepatan dengan tanggal ulang tahun, saya berhasil mencapai jarak 10km pertama saya. Saya dan kawan-kawan yang hobi lari juga mencari track-track lari baru di tempat-tempat yang seru. Besok-besok saya akan share rute dan track lari seru yang pernah saya coba. 

Semakin banyak aktifitas fisik di tahun kemarin, walaupun sedikit travelling, saya merasa semakin fit. Selain itu karena sejak beberapa tahun lalu saya bertekad membatasi bahan-bahan kimia yang masuk ke tubuh, jadi saya tidak lagi mengkonsumsi obat kalau sakit, tidak lagi menambahkan gula di kopi atau teh saya dan mengurangi drastis makan atau minum produk kemasan. Awalnya saya sempat kena flu tapi tetap tidak minum obat, saya hanya banyak konsumsi buah dan tidur lebih cepat, tidak perlu waktu lama saya merasa daya tahan tubuh saya menguat dan hingga sekarang sudah tiga tahun saya tidak pernah sakit, Alhamdulillah yah.

Sejak mulai menanam tomat di pertengahan tahun 2014, saya jadi suka banget bercocok tanam. Dari hanya tanaman tomat saya mulai merambah menanam sayur-sayuran lain seperti terong ungu, sawi, kangkung, bayam, kacang panjang, okra, ubi dan bunga marigold. Di akhir tahun 2015 kemarin saya sempat posting rencana kebun saya untuk tahun 2016, awal tahun ini pun diawali dengan baik karena setelah beberapa kali mencoba menanam benih bunga matahari dan gagal, kemarin salah satu benih bunga matahari yang saya tanam di awal tahun berkecambah.

Menghadapi masa-masa sulit sepanjang tahun, ada hal yang saya sadari. Saya banyak berubah. Saya mulai menabung bukan untuk jalan-jalan. Walaupun saya sempat hampir kehilangan semuanya, tapi sepertinya saya sudah sangat terbiasa kehilangan apa yang saya punya, jadi di momen-momen saya harus melepaskan tabungan saya itu tanpa ada kepastian akan kembali saya ikhlas kalau memang harus kehilangan. Untungnya sih balik. Seperti yang pernah saya posting di tahun 2014 bahwa hidup ini kayak traveling, semakin banyak barang/beban yang harus dibawa maka travelingnya jadi ribet dan berat. Tapi kalau kita bisa memilih untuk membawa apa saya yang benar-benar kita butuhkan sehingga bawaan kita ga banyak, perjalanan akan jadi lebih simpel dan ringan. Apalagi kalau bisa benar-benar jalan dengan hanya bawa diri sendiri - maybe that's what true freedom is, kita gak takut kehilangan apa pun lagi kalau kita ga punya apa-apa.






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...