Jumat, 28 September 2012

Maduma, masuk duduk mabok

Ini bukan cerita mabok minuman keras, mabok harta apalagi mabok janda. Ini lebih kepada mabok naik kendaraan. Saya juga baru tahu akhir-akhir ini kalau istilah bahasa inggris buat mabok semacam ini adalah motion sickness, mungkin karena kemabukan ini diakibatkan oleh goyangan yang lama-lama bikin pusing sehingga menyebabkan mual. 

Adik saya, pernah melakukan kesalahan fatal waktu di Phuket yang menyebabkan dia terserang mabuk laut. Di hari terakhir kita di Phuket, diputuskanlah untuk mengambil paket tur half-day snorkeling ke 3 pulau. Hari sebelumnya juga kita naik kapal seharian, tapi adik saya ga mabok. Hanya saja di hari sebelumnya itu kapalnya besar, jadi guncangan ombak tidak begitu terasa. Sedangkan di paket tur snorkeling ini kita naik boat kecil sehingga lumayan berasa kalau diombang-ambing ombak.

Di pulau pertama adik saya - Chacha, masih baik-baik saja, bahkan sempat mencoba belajar snorkeling. Kesalahannya adalah ketika mau berangkat ke spot snorkeling kedua, kita buru-buru naik duluan dan masuk ke dalam ruangan gitu. Lumayan lama kita menunggu peserta tur lain masuk semua ke dalam kapal dan selama itu kapal diguncang-guncang ombak sehingga motion nya menimbulkan sickness buat si Chacha.

Jadi, sementara saya dan peserta lain berenang-renang di laut, Chacha dengan muka pucat berjemur di atas geladak kapal mengenggam lembaran-lembaran kantong plastik untuk muntah di kelilingi kru-kru kapal yang prihatin. "Jangan  khawatir, plastiknya masih banyak," ujar sang nahkoda kapal yang berbadan besar dan berkulit legam. Sementara itu tour guide kita, yang awalnya mengaku bernama Simon tapi setelah ngobrol lebih banyak ternyata nama aslinya Sulaiman, berusaha keras menghibur dan menemani adik saya yang mabok berat itu dengan bercerita macam-macam ikan yang ada disana.

Kalau ditilik dari historikal nya sebenarnya si Chacha itu ga pernah mabok laut, beberapa kali kita naik kapal di Indonesia menyebrang ke pulau-pulau kecil tidak pernah dia mabok laut sekalipun. Mungkin karena kapal yang biasa dia naikin itu kapal kayu jelek punya nelayan gitu, sedangkan ini naik boat bagus. Waktu masih kecil juga dia suka mabok kalau naik pesawat, tapi ga pernah loh dia ngerasa pusing kalo naik angkot. Ya mungkin dia cuman mabok kalau naik kendaraan yang bagus-bagus gitu.

Tiba di pulau ketiga, adik saya yang mabok itu hanya bisa terkapar di kursi warna-warni di pinggir pantai. Tak peduli dengan putihnya pasir yang terhampar dihadapannya. Tak peduli dengan beningnya air di pinggir pantai yang ombaknya menyapu lembut di depannya. Tak peduli dengan seorang cewek korea dengan bikini kombinasi pink-putih dan topi selebar setengah meter sedang berpose jungkir balik di bawah payung warna-warni. Mata nya hanya memandang kosong ke horizon biru muda, sementara Sulaiman yang iba dengan sukarela memberi pijatan refleksi di kepalanya.

Tour Guide pun jadi merangkap tukang pijit

Mabok laut yang tersisa menjelang perjalanan udara
Boat belum sepenuhnya berhenti dan merapat ke daratan ketika Chacha duluan melompat dari dalamnya, seolah-olah ingin cepat-cepat mengakhiri penderitaannya. Di dalam mobil jemputan tur yang mengantar kita kembali ke hotel, seorang bapak-bapak bule rusia yang ikut prihatin berkata,"istri saya juga sama kayak kamu (mabok laut), makanya saya ikut paket tur ini sendirian." 

Jadi begini rencana awal nya, pagi-pagi kita check-out dari hotel dan menitipkan barang kita. Pulang dari paket tur half-day itu kita akan menghabiskan waktu di Spa sambil menunggu sore dan berangkat ke bandara. Tapi karena adik saya mabok laut itu rencana ke Spa terpaksa dibatalkan. Atas permintaan si mabok kita pun terpaksa extend sehari di kamar hotel yang hanya kita pakai 3 jam lebih. Dia yang mabok, saya yang ikut-ikutan tekor.

Waktu trip ke Belitung, salah satu kawan saya juga ada yang mabuk laut. Nah, kalau yang ini dia mengaku memang mudah mabuk, mabuk di kendaraan maupun mabuk minuman. Minum wine segelas saja sudah bisa membuat wajahnya memerah dan mabuk, katanya. Sudah tau mabuk-an, dengan nekadnya dia memutuskan ikut trip yang sudah pasti seharian terayun-ayun di atas kapal.

Setiap kali duduk diatas kapal yang  bergoyang-goyang, wajahnya akan pucat dan lemas. Lucunya ketika waktunya kita disuruh terjun ke laut untuk snorkeling dia langsung bersemangat dan duluan melompat ke dalam air dan berenang-renang dengan riang gembira. Tapi ketika tiba waktunya naik ke atas kapal, wajahnya kembali pucat pasi, tangannya senantiasa mengenggam sebuah kantong plastik hitam. Maduma banget deh, Masuk Duduk Mabok. Pas.

Waktu kapal berlabuh ke pantai, dia juga duluan yang turun dari kapal dan berlarian di sepanjang garis pantai dan minta di foto-foto bergaya a la baywatch. Tidak ada tersirat sedikit pun pucat dan pias yang beberapa menit sebelumnya terlukis di wajahnya. Tidak terlihat ada tanda-tanda sedikit pun bahwa perempuan ini yang meringkuk karena pusing dan mual di atas kapal, bahkan ketika sedang snorkeling di tengah laut pun minta dilemparin kantong plastik sama bapak yang diatas kapal.

Si bapak nya cuman ketawa-tawa sambil teriak, "muntah aja di laut situ, kasih makan ikan-ikan."

Perempuan yang satu ini emang saya curiga keturunan dewa atau urat nekat nya sudah putus. Setelah perjalanan hopping island seharian di kapal yang membuat hidupnya semacam sengsara karena mabok laut, sejak trip Belitung itu dia sekarang lagi semangat-semangatnya mengajak trip ke kepulauan komodo yang sudah pasti bakal seharian di kapal juga. Saya curiga orang itu lupa kalau dia itu mabok laut.

Kalau pulang ke kampung Papa Said di Kotamobagu, dari Manado itu jalanannya lumayan ekstrim tikungan-tikungannya. Kalau tidak biasa dengan gaya nge-drift gitu sudah bisa dipastikan bakal mabok darat. Om saya pernah cerita, ada nih tante nya Papa Said yang maduma kalo masuk mobil, masuk duduk mabok. Suatu ketika ada undangan pernikahan di Kotamobagu, sementara dia di Manado. Nah, untuk perjalanan naik mobil sekitar kota saja sudah bisa membuat dia pusing, apalagi perjalanan dengan medan berat seperti ke Kotamobagu, perjalanannya 4 - 5 jam pulak.

Karena takut mabok darat, tantenya Papa Said membeli 3 strip Antimo. Om saya curiga itu diminum semua sekaligus, karena tante nya Papa Said sukses ga mabok darat sama sekali. Jadi pas perjalanan dari Manado ke Kotamobagu dia tidur, sampai tiba kembali di Manado dia tidur. Ketika terbangun, tante nya Papa Said berkata, "sudah sampai kita di pesta?"


Senin, 24 September 2012

Melbourne Museum

Sejak kedatangan rombongan pertama di tahun 1788, Inggris secara rutin terus mengirimkan kapal-kapal lain. Bukan hanya narapidana, tapi dikirim juga free-settler yang oleh Inggris diberikan sebidang tanah di Australia untuk dikelola oleh mereka, menjadi perkebunan, pertanian dan peternakan.Wilayah-wilayah koloni baru bermunculan seiring dengan bertambah luasnya daerah di sekitar benua Australia yang dijajaki oleh para pendatang. 

Hampir 50 tahun setelah koloni pertama di established di Sydney, adalah seorang pria bernama John Batman yang membuat kesepakatan membeli sebidang tanah di pinggir sungai Yarra dari para suku Aborigin yang sebelumnya menempati daerah itu. 600,000 hektar ditukar dengan 40 selimut, 42 tomahawks, 130 pisau, 62 gunting, 40 kaca pembesar, 250 saputangan, 18 kemeja, 4 jaket flanel, 4 setelan jas dan 150lb tepung. Sekarang-sekarang ini banyak yang bilang bahwa transaksi pembelian tanah itu curang, John B. dianggap mengelabui kaum Aborigin yang waktu itu ga ngerti sama sekali soal duit. 

Tapi pemerintah Inggris pada masa itu menganggap transaksi jual beli tanah itu tidak sah karena wilayah yang dibeli Batman masuk ke dalam wilayah New South Wales yang sudah diklaim Inggris jadi wilayah koloni nya. Jadi kaum Aborigin tidak berhak menjual tanah itu walaupun mereka sudah puluhan tahun tinggal di situ bahkan sebelum Inggris sampai di benua Australia.

Daerah yang dibeli John Batman itu yang kelak menjadi cikal bakal kota Melbourne yang sekarang ini. 

Penemuan emas di daerah ini pada pertengahan abad ke-19 membuat banyak imigran dari belahan dunia lain datang ke tempat ini. Populasi Melbourne dan sekitarnya meningkat drastis. Kota ini sempat menjadi salah satu kota terkaya di dunia pada saat itu. Banyak bangunan-bangunan mewah didirikan di masa ini, termasuk Melbourne Royal Exhibition Building yang dibangun untuk mengadakan event pameran industri berskala internasional.

Pasca Perang Dunia II, Melbourne menjadi semakin padat karena kebijakan perdana menteri saat itu untuk meningkatkan arus imigrasi ke Australia. Populasi meningkat drastis dan menjadi semakin tidak terkontrol. Banyak area-area kumuh bermunculan dimana-mana, kota menjadi semrawut dan tak teratur. Kemudian pemerintah nya membuat program restrukturisasi kota. Blue Print rancangan tata kota di buat dari awal. Daerah-daerah kumuh di lindas oleh buldozer-buldozer besar, sebagai gantinya pemerintah membangun rumah-rumah di daerah suburban. Rumah-rumah yang dibuat modelnya seragam dan bersifat masal. Proses penataan ulang kota Melbourne ini adalah salah satu video dokumenter yang bisa disaksikan di Melbourne Museum, di ruangan Exhibition The Melbourne Story yang terletak di lantai dua museum.

Di ruangan ini juga dipajang benda-benda jaman dulu dari abad ke-18 dan ke-19. Ada contoh rumah para imigran jaman dulu, lengkap dengan perabotannya.

Model rumah jaman dulu

Di dalam rumah jaman dahulu kala
Masuk ke museum ini dan membayangkan museum yang koleksi nya debuan di Indonesia rasanya miris. Melbourne museum ini keren banget, ga ada debu (pastinya) dan bukan hanya memajang benda-benda koleksi tapi museum ini interaktif. Beberapa keterangannya model audio visual, seperti video dokumenter yang saya ceritakan tentang penataan ulang kota pasca perang dunia II. 

Ada juga yang hanya audio, tapi ada tombol yang bisa dipencet-pencet untuk memilih keterangan mana yang mau kita tahu lebih dulu. Ini membuat pengalaman mengunjungi museum menjadi menyenangkan, ga ngebosenin, informatif sekaligus bersifat rekreasional. Ya wajar sih, bayar nya saja $10 untuk umum. Walaupun Cipu yang menemani saya ke museum ini hanya melambaikan kartu pelajar dan bisa masuk dengan gratis.

Di lantai satu ada ruang exhibition yang bertema jaman purbakala. Di sini ada sejarah dari mulai awal-awal terbentuknya bumi, hewan-hewan jaman purbakala yang sudah punah dan ada rangka dinosaurus besar yang dipajang di tengah ruangan sebagai center of attention. Di ruang sebelah nya ada satu ruangan khusus yang menampilkan hewan-hewan asli Australia, dari mulai yang serangga hingga Kangguru besar. 

Evolusi Victoria State, ada tombol bisa diputer-puter menggerakan timeline



Kerangka Dinosaurus


Hewan-hewan native Australia
Melbourne Museum ini terletak di Carlton Garden, sebelahan sama Melbourne Royal Exhibition Building yang masuk ke dalam list Unesco Heritage List. Walaupun tetanggaan, tapi bentuk bangunannya beda banget. Kalau Royal Exhibition Building modelnya klasik, Melbourne Museum justru modern banget dengan struktur yang di dominasi logam dan kaca-kaca. Masih satu gedung sama Melbourne Museum ada Theater IMAX.


Gerbang Melbourne Museum

Di depan gedung museum yang berkaca-kaca

Jumat, 21 September 2012

Robot Upacara Bendera di IIMS

Seperti biasa, cerita kunjungan saya ke event-event itu harus diawali dengan ritual nyasar-nyasar dulu. Setelah selamat ga nyasar sampai di JIE Kemayoran berkat bantuan GPS, saya pun sukses nyasar kelilingin luarnya area pameran cari-cari pintu masuk *urut-urut betis*

Setelah selesai menunaikan tugas dan hak sebagai warga negara untuk memilih di Pilcagub, saya langsung meluncur ke acara pameran otomotif tahunan Indonesia International Motor Show. Sebenarnya IIMS baru akan dibuka untuk publik hari ini. Tapi saya dapat rejeki nomplok bisa curi-curi start menghadiri pameran itu dengan undangan dari teman seperjuangan dan seperjombloan, miss Lola @fablulu.

"Miliiiii.. kamu harus datang melihat upacara robot-robot yaaaaah..." pesannya. 

Setelah berputar-putar menebar iler-iler berceceran di antara mobil-mobil mewah dan mobil keluaran terbaru yang belum mampu saya beli, jam 5 sore saya tiba di depan stand GT Radial menunggu Upacara Bendera robot-robot mungil yang peserta upacaranya berpakaian tradisional batik-batik dan pembina upacara nya bernama Nao.    

Robot - Robot Upacara Bendera
Lucu banget liat robot-robot nya pada serempak hormat walaupun pesertanya - robot yang terbuat dari kardus, tangannya tidak bisa di tengkuk jadi hormatnya mirip hormat nazi gitu. Kemudian ada upacara penaikan Bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Ada robot paduan suara komplit sama dirijen nya juga loh. Keren banget.

Upacara Robot GT Radial ini hanya ada hari sabtu dan minggu jam 5 sore. Sesuai dengan motto GT Radial "Driven by National Pride" maka GT Radial sebagai perusahaan ban yang asli produk dalam negeri menyajikan robot-robot upacara ini. Mungkin banyak yang belum ngeh kalau GT Radial ini produk asli dalam negeri karena namanya yang berkesan internasional, tapi ternyata GT itu kepanjangan dari Gajah Tunggal, perusahaan yang memproduksi brand GT radial ini.

Selain Robot yang upacara bendera, ada pertunjukan angklung yang digerakan secara mekanik dan robot jago silat. Ini video nya, kiyuuut bangeeet walopun akhirnya pada jatuh-jatuh. 


Rencananya hari Minggu besok, saya mau datang lagi ke IIMS. Mau nonton Drift War sambil ngecengin pria-pria tampan. Sambil menyelam minum air. Ahay!



Selasa, 18 September 2012

Angkot

Angkutan Kota, bisa disingkat Angkot adalah transportasi umum berbentuk kendaraan minibus yang bisa berisi hingga 12 penumpang (tergantung ukuran penumpangnya), ditambah satu sopir (kadang 1 kenek), dan kalau jam sibuk bisa ditambah 3 orang yang bergelantungan di pintu (tapi yang ini kayaknya sudah jarang banget).

Yang saya suka takjub adalah ketika memberhentikan sebuah angkot kemudian melongok ke dalamnya tempat duduk sudah penuh oleh penumpang yang duduk bersisian berhadap-hadapan, kalau menurut logika saya kayaknya tidak mungkin bisa tambah satu orang lagi. Tapi hanya dengan satu mantera dari pak sopir, "geser..geserr..," seperti Magic *triiiiing* tiba-tiba tercipta satu ruang duduk pas untuk satu orang.

Ada juga satu hal yang sampai sekarang masih merupakan misteri tak terpecahkan bagi saya. Beberapa penumpang angkot sepertinya sudah punya insting mau turun dimana. Walaupun lagi serius baca buku, lagi ngobrol, bahkan yang lagi tidur pun kalau sudah waktu nya turun seolah-olah seperti ada yang memanggil langsung otomatis mengetuk-ngetuk atap angkot atau memberi instruksi ke abangnya, "kiri, bang."

Di suatu siang yang panas beberapa tahun lalu di Bandung, saya sedang ada di dalam sebuah angkot hijau. Di dalam angkot itu hanya berisi 3 penumpang di bangku belakang: saya, seorang mbak-mbak berjilbab yang duduk disamping saya menghadap ke pintu dan seorang bapak-bapak di hadapan saya. Rupanya dikarenakan angin semilir yang menyusup melalui jendela angkot menerpa wajahnya si bapak itu mengantuk. 

Kepala bapak yang agak tambun itu beberapa kali nyaris terjatuh, tapi tegak lagi, nyaris terjatuh lagi, kemudian tegak lagi, begitu seterusnya dengan mata tetap terpejam dan mulut menganga. Setetes air liur nyaris menetes dari ujung bibir nya, batal karena si bapak terbangun, menghirup kembali tetesan air liur yang nyaris menetes tadi itu *sluuurp*, mengangkat tangannya dan menyentilkan jari di atas kap angkot. Bapak itu pun turun, membayar angkot dan masuk ke dalam gerbang bank BCA Dago persis di tempat dia meminta untuk berhenti.

Saya juga punya pengalaman menyedihkan naik angkot, ini terjadi di Bandung juga. Waktu itu adalah 4 hari menjelang uang kiriman datang, di saku saya tinggal ada 20 ribu rupiah dan recehan beberapa ribu lagi untuk ongkos angkot. Rencananya saya mau belanja ke Superindo Dago, beli mie instant dan telur untuk menyambung hidup selama 4 hari dengan uang 20 ribu itu. Handphone saya taruh di saku jaket. Ketika mau turun, ada seorang penumpang laki-laki yang menabrak saya dari belakang. Respon saya agak telat tapi insting saya mengatakan ada yang tidak beres, saya segera merogoh saku jaket dan benar saja handhone saya telah di copet.

Posisi saya waktu itu masih berdiri di samping pintu angkot, tapi pria pencopet di belakang saya telah kabur duluan setengah menit sebelum saya sadar dan berteriak, "copeeeeeet..." 

Dua orang pria, seperti anak kampus gitu, langsung turun dari angkot dan mengejar pencopet itu sementara si angkot masih menunggu di pinggir jalan. Saya pun segera berlari ke arah pencopet dan kedua pria yang mengejarnya itu. Tapi tak lama saya menyusul, yang saya lihat hanya kedua pria itu sedang kebingungan di antara persimpangan. Akhirnya mereka kembali dan mengucapkan kalimat simpati kepada saya. Mereka kembali naik ke angkot yang sama yang masih menunggu di sisi jalan depan Pizza Hut Dago, ketika saya mau bayar angkot itu Pak Supir menolaknya. Tentu saja kasihan karena saya baru kena musibah. 

Ada lagi kejadian seru ketika saya naik angkot di suatu daerah di Bekasi. Waktu itu saya mau ambil mobil saya yang lagi di body repair di bengkel yang terletak di Bekasi. Tiba-tiba ada motor melintas di samping angkot itu dan menyerempet kaca spion angkot hingga kacanya pecah. Motor itu tetap berlalu malahan semakin ngebut, kabur. Supir angkot pun naik pitam. Dia menginjak dalam-dalam gas angkotnya *bruuuuum* para penumpang semuanya tertolak ke belakang saling bergencetan.

Motor meliuk-liuk menyusup diantara mobil-mobil, angkot pun mengikuti jejaknya zig zag kiri dan kanan. Para penumpang berpegangan erat di mana saja yang bisa di pegang dengan wajah pucat pasi. Tapi Supir angkot tak peduli, Motor berbelok ke arah komplek perumahan dan angkot pun mengikuti walaupun itu sudah melenceng jauh dari trayek nya. Pak supir tetap menginjak gasnya dalam-dalam, tak rela kehilangan jejak motor tak bertanggung jawab itu, bahkan melewati polisi tidur tanpa menginjak rem sehingga angkot pun terbang melayang. Malang bagi penumpang yang tinggi karena beberapa kali kepalanya harus terantuk kap mobil.

Motor berbelok ke jalan kecil yang hanya muat satu mobil pas banget, angkot itu masih berusaha mengejar. Ketika tiba di ujung jalan kecil itu ternyata yang ada hanya sebuah gang yang tak mungkin bisa dilewatinya, angkot itu pun rem mendadak. Para penumpang terlontar ke arah depan saling bergencetan. Supir angkot memaki-maki selama beberapa saat, kemudian kembali mengarahkan angkotnya ke trayek semula. Para penumpang yang tampaknya sejak awal adegan kejar-kejaran seperti di film hollywood ini pada menahan napas semua tampak menghembuskannya dengan lega *fiuuuh*

Setelah agak lama juga tidak naik angkot lagi, di Bogor saya ikut teman-teman trip ke Pura dan Curug nangka dengan mencharter angkot hijau. Minggu sebelumnya, kita juga keliling-keliling Kota Bogor naik angkot, malahan kita dapet angkot yang canggih banget - ada tivi  nya. Si Blue On aja kagak ada tivi nya, kalah gaul sama angkot. 

Muka-muka kepanasan di angkot
Tapi saya perhatikan akhir-akhir ini, dengan semakin mudahnya orang mendapatkan motor sepertinya mereka mulai meninggalkan angkot. Sering banget saya lihat angkot di jalan kalimalang yang sepi penumpang di jam-jam sibuk. Padahal jaman saya dulu sering naik angkot, penumpangnya bisa tumpah ruah sampai banyak anggota-anggota badan yang keluar.

Sekarang saya lihat beberapa angkot berjalan tak tentu arah di jalanan, kadang memberi tanda lampu ke kanan tapi angkotnya mengarah ke kiri. Kadang angkotnya pindah jalur ke kanan, tapi kepala supirnya nengok ke kiri. Sampai-sampai saya menarik kesimpulan, kalau angkot itu ga mungkin jalannya bisa ditebak, hanya supirnya dan Tuhan yang tahu. Banyak juga yang tampak nge-tem di muka-muka gang berharap dapat satu atau dua penumpang untuk menutup setorannya. Kelihatannya pangsa pasar angkot ini sudah tergerus oleh sepeda motor.



Selasa, 11 September 2012

Gala Premier "Mama Cake" - Wisata Kampus (juga sih)

Saya bener-bener ga ngerti ada apa dengan kehidupan saya akhir-akhir ini, kenapa tiba-tiba jadi rajin datengin kampus-kampus begini. Setelah empat postingan berturut-turut tentang wisata kampus, kali ini saya mendapat  undangan Gala Premier suatu film yang berlokasi di Universitas Trisakti.

Universitas Trisakti ini aslinya terkenal banget, secara bisa dibilang setengah dari populasi anak gaul Jakarta itu kuliah nya di sini tapi saya yang kurang gaul ini belum pernah seumur-umur datang ke Kampus Reformasi ini. 

Menurut petunjuk yang ngasih saya undangan - Ari Goiq, keluar gerbang toll Tomang Grogol, putar balik di depan Citraland naik ke atas jembatan. Maka di depan Citraland saya ambil jalur paling kanan dan naiklah ke jembatan layang, dan mulai curiga ketika melihat jalur jembatan layang itu tidak kelihatan berputar arah. Dan benar saja, tulisan besar Trisakti berwarna ungu pun terlewatkan di sebelah kanan jalan. 

Saya berputar arah, naik lagi ke jembatan  layang di jalan yang berlawanan arah. Ketika turun, gerbang Trisakti tersebut ada dibelakang saya. Akhirnya saya kembali berputar arah di depan Mall Taman Anggrek, dan kembali ke depan Citraland. Kali ini di percobaan kedua saya mencoba putar balik di bawah jembatan layangnya, dan ternyata berhasil.

Mendekati pintu gerbang Trisakti waktu sudah menunjukan pukul 13.00 pas, tandanya acara sudah akan dimulai karena di undangan tertera jam segitu. Goiq pun sudah menelpon. "iya iya, sebentar lagi ini gw dah mau masuk gerbang," jawab saya buru-buru.

Tapi ternyata tidak sebentar saudara-saudara, setelah masuk ke dalam pelataran Universitas Trisakti dan berputar-putar saya tidak mendapatkan tempat parkir. Atas petunjuk Uda Irfan yang sudah sampai duluan di lokasi, saya keluar dari Trisakti dan parkir di pinggir jalan di depan Universitas Tarumanegara. Buru-buru saya masuk ke dalam gerbang kampus dan menghadang seorang mahasiswa,"dik, kalau gedung D sebelah mana ya?"

Pria muda jangkung itu bertanya balik,"Trisakti ?"

" Iya."

"Ooooh.. trisakti disebelah, mba. Ini Untar."

Sial! ternyata salah gerbang. Saya pun segera keluar dari gerbang Untar dan masuk ke tetangganya. Sebelumnya saya pastikan dulu kalau kali ini saya ga salah masuk Universitas lagi. Setelah bertanya dengan beberapa mahasiswa yang bingung dimana posisi gedung D karena mereka mengaku anak baru, saya bertanya tukang parkir dan akhirnya ketemu juga lokasi Gala Premier film Mama Cake hasil besutan Falcon Pictures.

Film yang menurut sang sutradaranya - Anggy Umbara bergenre Pop Urban Komedi ini bertema Road Trip. Sudah  banyak film bertema road trip begini yang laku keras di pasaran. Ada film komedi dengan judul yang sama "Road Trip" dari Hollywood. Film "Thelma & Louise" yang tersohor itu juga termasuk film road trip. Lebih jadul lagi ada film "Bonny & Clyde", roadtrip sepasang buronan yang lari dari kejaran polisi. Dari Indonesia sendiri ada film "3 Hari untuk Selamanya", yang merupakan cerita perjalanan dari Jakarta ke Jogja.

Kesamaan dari film-film road trip itu selain lokasi pengambilan gambarnya yang kebanyakan bersetting jalanan dan mobil adalah adanya satu tujuan atau misi yang ingin dicapai di akhir perjalanan yang di per-seru dengan adanya berbagai halangan dan rintangan ketika akan mencapainya. Entah kartu kredit yang expired, mobil nya yang mogok atau meledak atau pertengkaran antara pemerannya. Kebanyakan film bertema road trip mengutamakan keindahan Cinematography, tapi ada juga yang fokus kepada 'perjalanan itu sendiri'. 

Kira-kira bayangan itulah yang ada di dalam pikiran saya sebelum menonton film Mama Cake ini dan ternyata tidak meleset jauh walaupun ada beberapa "kejutan-kejutan". Film ini berkisah tentang 3 orang sahabat dengan perbedaan karakter yang ekstrim bernama Rakha (Ananda Gomesh), Willy (Boy William) dan Roi (Arie Dagienkz). Mereka melalui perjalanan Jakarta-Bandung-Jakarta untuk menunaikan misi: membeli Brownies Mama Cake untuk neneknya Rakha yang sedang sakit keras dan kemungkinan besar ini adalah permintaan terakhirnya.

Film ini diwarnai dengan percakapan lucu antara pemeran utama nya, sampai ketika persahabatan ketiganya nyaris terancam ketika mereka terlibat pertengkaran dan berpisah, sementara mobil yang mereka kendarai hilang di jalan. Kira-kira kejadian aneh apa lagi yang harus mereka hadapi demi mengantar Brownies Mama Cake kembali ke Jakarta ke nenek nya Rakha?
para pemeran


  

Walaupun bukan yang menampilkan keindahan pemandangan alam seperti beberapa film roadtrip yang ada, tapi dari segi cinematography menurut saya ada yang unik dari film ini yang membuat nya jadi tidak biasa. Yaitu efek-efek dan warna yang beda dari biasanya, rasanya kayak nonton film animasi gitu. Tapi yang paling saya suka adalah dialog-dialog nya yang berkesan ngalor ngidul tapi cerdas dan kocak, kalo istilah asingnya mah smart & witty gitu. Percakapan nya sebenarnya sih semacam percakapan sehari-hari, tapi banyak ide-ide fresh yang saya ga pernah kepikiran sebelumnya. Jadi walaupun banyak ngobrol-ngobrolnya tapi ga bosenin.

Seperti misalnya percakapan soal "you are what you eat", kalau orang yang suka makan sapi dan kambing bagaimana, kalau yang suka makan ayam bagaimana, yang suka  makan babi bagaimana, yang suka makan anjing bagaimana, itu asli bikin saya ngakak. Bisa-bisanya kepikiran sampe begitu-begitunya. Yah walaupun film ini bukan film yang berat dan membuat yang nonton harus mikir, tapi sebenarnya banyak pesan moral yang bisa di petik.

Buat yang pengen cari suasana yang baru dan fresh, film ini wajib di tonton.  Film ini baru akan ada di Bioskop tanggal 13 September 2012 besok, jadi buat yang jomblo masih ada kesempatan buat cari pasangan nge-date nonton film ini. Buat yang udah punya pacar, masih ada kesempatan buat cari gebetan lain yang bisa diajak nonton film ini #eaaaa.


Jumat, 07 September 2012

(Masih) Wisata Kampus

Dua hari yang lalu mengikuti teror telepon dan bbm dari senior saya yang manis tapi cerewet (semoga orangnya ga baca ini), saya mengikuti acara halal bi halal yang diselenggarakan ikatan alumni jurusan di tempat kuliah saya dulu, untuk semua angkatan. Walaupun yang datang ga seberapa karena sebagian sudah terpencar ke berbagai pelosok Indonesia dan belahan dunia.

Kalau ingat-ingat masa-masa indah jadi mahasiswa kayaknya sedih juga betapa waktu cepat sekali berlalu. Kebiasaan yang ngangenin adalah pada saat di akhir bulan menjelang kiriman uang bulanan dari rumah, disaat saldo di ATM tinggal 10 ribu rupiah saya akan mencari kawan yang senasib untuk mentransfer 10 ribu lagi ke rekening sehingga saldonya bisa di tarik di ATM dengan nominal 20 ribu.  

Maklum, waktu kuliah dulu saya sempat merasakan suka duka anak kos. Kenapa saya harus kuliah jauh-jauh dari rumah? semua itu gara-gara Papa Said. Untungnya bukan karena diusir karena orang rumah pada ga tahan sama kelakuan absurd saya, tapi adalah suatu cita-cita Papa Said supaya anaknya ada yang mengikuti jejak nya kuliah di universitas yang sama dengannya. Waktu saya baru melewati masa balita, Papa Said membawa saya naik kuda di jalan depan kampusnya sambil berkata,"nanti kalau kamu sudah besar kuliah disini ya.."

Kemudian saya pun besar juga, tapi jauh dari harapan ayah saya tentang seorang anak perempuan manis yang rajin belajar. Waktu SMA aja saya ke sekolah cuman bawa map satu dan bolpen yang dipake untuk konde rambut, ga bawa tas supaya kalau mau cabut gampang. Bahkan pas mau UMPTN (ketauan tua nya deh), Papa Said yang setress sendiri sementara anaknya santai-santai cuek. Mungkin geregetan pengen gantiin ujian juga kali ya dia. 

Waktu pengumuman aja beliau lah yang semangat duluan cari nomor ujian saya di koran, dan ketemu. Segeralah berita gembira ini disampaikan ke eyang saya, kata eyang saya,"Alhamdulillah.... eyang akhirnya punya cucu calon dokter." Dan akhirnya eyang pun harus kecewa karena kenyataannya tidak belum ada satu pun cucu nya yang jadi dokter maupun calon dokter. 

Masuk kuliah pun, hobi saya cabut kelas masih terpelihara dengan suburnya malah makin liar. Saya ingat dulu sempet dapat julukan ratu dugem, padahal suer deh saya tuh dugem cuman sekali-sekali doang. Sekali seminggu maksudnya. Ya dibandingkan ospek himpunan yang frekuensi nya 2 kali seminggu, frekuensi dugem saya mah ga ada apa-apanya. Paling enggak itu untuk menyeimbangkan ujian TPB yang frekuensinya juga seminggu sekali.

Di tahun pertama saya sebagai senior yang meng-ospek calon anggota himpunan, saya dihampiri oleh seorang mahasiswa baru yang berterima kasih kepada saya. Jadi ceritanya begini. Kos-an saya kebetulan dekat kampus, di seberang tempat bimbingan belajar yang ngetop pada jaman itu. Ketika sedang jajan batagor di depan tempat bimbel itu saya ketemu dengan kawan sejurusan saya bersama kawan SMA nya, bernama dodi (bukan nama sebenarnya). Dodi sebenarnya satu angkatan diatas saya, sudah gagal UMPTN dua kali dan tahun itu kesempatan terakhirnya. Dia lagi gusar karena nilai Try Out nya yang dibawah rata-rata. Ketika bertemu saya dan dengan polosnya saya mengakui bahwa nilai try out saya dulunya juga termasuk yang paling rendah tapi lulus juga. Didasari keyakinan bahwa cewek yang rada blo'on dikit dan ga ada kesan terpelajarnya seperti saya gini bisa lulus masa dia ga bisa, maka luluslah dia. yah, kurang lebih seperti itulah.  

Beberapa bulan yang lalu, saya ada keperluan mau legalisir ijasah. Maka masuklah saya ke dalam gerbang universitas yang sudah 7 tahun lebih tidak saya injak lagi. Menyusuri selasar yang masih persis sama seperti bertahun-tahun lalu, tapi agak aneh saja karena tiba-tiba ada bangunan baru yang kinclong menggantikan bangunan lama yang penggusurannya menimbulkan demo besar-besaran. Nah pas demo itu pas masa-masa saya sudah mau lulus, jadi saya tidak sempat menyaksikan saat-saat bangunan tua bersejarah itu digantikan bangunan kaca-kaca yang ada sekarang.

Mendekati gedung jurusan saya ada bangunan yang paling saya benci. Namanya GKU lama. Saya paling sebel kalau ada kuliah di gedung ini,  masalahnya di gedung bertingkat yang bentuknya nyaris melingkar ini terdapat beberapa tangga untuk naik keatas. Kalau kita salah naik tangga dari dasarnya, sudah bisa dipastikan bakal nyasar dan ga akan menemukan nomor ruangan yang dituju di lantai-lantai atasnya. Entah apa konsep dan tujuan dari arsitek yang merancang bangunan ini. Mungkin untuk membuat mahasiswa yang ujian di salah satu ruangan di GKU lama gagal ujian gara-gara telat abis muter-muter naik turun tangga di gedung itu. -pengalaman pribadi. Ah kenapa ga bangunan ini aja sih yang diganti bangunan baru...grrr....

Terus menyusuri jalan yang rindang, di bawah pohon-pohon yang rimbun membuat saya sekilas rindu masa-masa saya memanjat pagar tembok setinggi 2 meter di pinggir jalan tamansari, masuk ke dalam halaman kampus dan berlari-lari agar tidak telat masuk kuliah. Mendapati pintu kelas yang masih terbuka dan rada lega, menyeka bulir-bulir keringat di kening dengan takut-takut memasuki pintu dimana pak dosen berseru,"tutup pintunya." Saya pun masuk dan menutup pintu, manakala saya mendengar dari belakang saya pak dosen berseru lagi,"maksud saya, dari luar."

Konon di tingkat akhir saya kuliah disana - ketika kehidupan saya sepenuhnya saya dedikasikan di laboratorium demi menyelesaian Tugas Akhir yang terkutuk, ada kejadian mengerikan seorang satpam tewas terjatuh dari salah satu pohon itu, ketika mau memetik mangga.  Peristiwa tersebut menambah cerita horor mistis yang berhembus sejak saya pertama masuk kampus ini, tentang seekor hantu sapi di GKU lama dan tentang seorang wanita yang tewas bunuh diri di kolam laboratorium yang mengakibatkan sering terdengar suara perempuan mandi di kamar mandi laboratorium kalau tengah malam. 

Secara jumlah perempuan di jurusan saya itu jarang banget, apalagi bisa dipastikan ga akan ada yang bakal mandi di lab, maka ditarik kesimpulan bahwa perempuan itu bukan perempuan biasa. Untung saja, mungkin karena saya sama-sama perempuan, saya ga pernah digangguin walaupun sering banget sampe tengah malem masih megangin spesimen di atas mesin amplas.

Saya pun masuk ke dalam gedung jurusan yang masih persis sama seperti bertahun-tahun lalu, dengan tampang-tampang mahasiswanya yang masih ga jauh beda, masih lusuh-lusuh dengan jaket himpunan yang baunya sudah 1001 macem. Melewati papan pengumuman dimana setiap akhir semester mata-mata para siswa menatap nanar, berharap huruf C atau B bersanding di sebelah namanya. Ya sukur-sukur kalau huruf A. Kemudian saat mata penuh harapan itu harus tertunduk lesu di kepala yang terkulai lemah ketika yang didapati adalah huruf E, yang artinya harus mengulang mata kuliah itu di tahun berikutnya.

Di depan loket ruang Tata Usaha, saya melongok dan mendapati karyawan administrasi masih sama semua. Teh Iis yang pertama kali melihat saya, langsung berseru gembira, "Mila ya?". Entah saya harus gembira atau curiga ketika bapak-bapak dan ibu-ibu TU masih pada ingat saya semua setelah 7 tahun berselang. Perilaku macam apa yang telah saya tanam disana hingga bertahun-tahun berlalu dan ingatan akan diri saya tak lekang di ingatan mereka walaupun ratusan mahasiswa telah datang pergi silih berganti.

Selesai urusan legalisir ijasah, saya menyempatkan diri mampir ke ruang himpunan (ruangnya para mahasiswa jurusan saya berkumpul dalam suatu wadah organisasi, ceritanya) yang sama sekali tak berbeda. Wajah-wajah muda berkumpul di dalam ruangan himpunan sedang nonton tivi sembari mengerjakan tugas, 10 tahun yang lalu mungkin seperti itulah penampakan saya. Di sekitar ruangan itu berkerumun laki-laki muda bercelana jins dan berkaos, di tempat saya 10 tahun lalu sedang memegang gitar sambil bernyanyi bersama teman-teman lain sementara disebelah saya Agi dan Gap sedang seru dengan permainan catur gobloknya (peraturan catur goblok: yang habis duluan yang menang), dan itu disaat kita semua seharusnya ada di dalam kelas mendengarkan kuliah tentang atom-atom.

aaaargh... saya rindu masa muda.....

Yang bikin saya kaget, ketika saya mau keluar dari kawasan kampus saya melihat segerombolan turis-turis asing dipandu seorang pria lokal. Wooooow.. ternyata kampus saya sekarang sudah jadi salah satu kawasan wisata juga, jangan-jangan ada di Lonely Planet edisi Indonesia.

Rombongan turis asing

Ternyata bukan hanya saya yang jalan2 ke negara org wisata ke kampus

Selasa, 04 September 2012

Wisata Kampus, The University of New South Wales

Hari terakhir saya di Sydney yang juga merupakan hari terakhir liburan saya di Australia, saya diajak menonton pertunjukan tari yang dipentaskan oleh Mba Andri dan kawan-kawannya di NSW University. 

Malam itu ada acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa Indonesia di Universitas itu, selain pentas pertunjukan tari-tarian dan live music, ada juga stand-stand makanan asli Indonesia untuk sekedar melepas rindu terhadap masakan kampung halaman.

Sore hari setelah dari pagi saya menjelajahi kota Sydney sendirian, saya tiba di depan sebuah apartment, mengamati secarik kertas berisi denah lokasi yang digambar oleh Mba Andri dan sederet 4 angka yang merupakan nomor ruangan di apartment itu. 

Saya berdiri di depan pintu gedung apartment, memastikan lokasi nya sudah sesuai dengan alamat dan denah di kertas itu. Ini pertama kali saya bertamu ke apartment di luar negeri sendirian, tidak ada satpam  yang jaga di depannya buat ditanya-tanya, jadi bingung bagaimana cara masuk kedalam. Sementara nomor ponsel Mba Andri tidak bisa dihubungi. 

Untungnya tak lama datang sepasang muda-mudi, rupanya mereka juga mau bertamu ke situ. Diam-diam saya mengamati ketika mereka menghampiri kotak panel di pojokan berisi angka-angka seperti telepon umum, kemudian berbicara melalui speaker nya. Ketika muda-mudi itu memasuki gedung, saya langsung meniru menghampiri kotak itu. Coba-coba saya memijit-mijit deretan angka yang tertera di pojok kanan bawah kertas yang kini sudah lecek itu. Kemudian ada suara keluar dari speakernya.

"Saya Mila, sudah janjian dengan Mba Andri," jawab saya kurang yakin.

"Oooh..iya, masuk saja langsung ke lift. Lantai 8 ya." sahut suara dari seberang.

Di dalam ruangan apartment itu, 4 orang perempuan manis yang sudah siap dengan kostum berwarna hijau daun sedang sibuk dandan dan salin mendadani rekan-rekannya. Balutan selendang warna-warni yang semarak mempercantik penampilan mereka. Setelah latihan terakhir kali, mereka pun bersiap-siap menuju University of New South Wales untuk mempertunjukan tarian energik yang diiringi suara kibasan kipas yang berirama. 

Mba Ayu dan Mba Andri lagi kondean

Pertunjukan tari kipas di NSW University

Para penari-penari

Saya berusaha berpose dengan kipas
Konon sebelum kepergian saya ke Australia, ada seseorang kawan saya yang lulusan NSW University bernama Mba Mira. Katanya di NSW memang banyak sekali mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu disana. Ketika saya tiba, suasananya memang benar-benar berasa seperti di kampung halaman. Beberapa stand berjajar menawarkan menu Bakso Abang-abang dan Gorengan Abang-abang. Ternyata orang Indonesia yang merantau ke luar negeri pada  kangen sama Abang-Abang, kalau saja mereka tahu akan fakta ini semua abang-abang seNusantara pasti terharu.

Kerumunan massa menumpuk di depan stand yang meruapkan wangi Sate Padang yang semerbak, seolah-olah wangi tersebut membawa mereka sejenak merasakan aroma rumah. Sementara Mba Andri sedang merem melek seakan-akan berada di nirwana tingkat tujuh, tahu goreng di tangan kanan cabe rawit di tangan kiri. Mungkin rasanya masih beda jauh dibanding gorengan abang-abang original yang komplit sama topping debu dan campuran lelehan plastik di minyak goreng yang sudah dipakai ulang 300 kali, tapi gorengan seharga $5 per 3 potong ini mampu mengobati kerinduan Mba Andri sama abang-abang gorengan.

Dan saya pun hanya mampu berkata,"What? 5 dollar cuman dapet 3? kalo di jakarta 5 dollar dapet 2 kantong plastik gede, Mba."

Stand  berbagai makanan Nusantara

Bakso abang-abang $6, klo disini bisa dapet 5 mangkok bonus kecupan abang

Mba Ayu jajan Martabak Manis

Gorengan abang-abang $5 dollar dapet 3 doang

Mba Andri dan Mba Ayu di depan NSW University

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...