Senin, 26 Maret 2012

Karena Visa, Aku Galaaaaauuuu

Ada yang masih ingat si A ? Cowok Thai ganteng yang duduk disamping saya waktu perjalanan dari krabi ke Phuket di dalam bus romantis bernuansa merah jambu. Mungkin karena memang saya dan dia sehati *cieeeeee* waktu itu kita sama-sama iri sama orang Amerika. Enak banget punya paspor negara Paman Sam itu, soalnya kalau mau kemana-mana ga usah repot-repot apply visa di negara nya dan melalui segala prosedur yang melelahkan secara mental dan spiritual.

Selama ini saya hanya denger-denger saja sih, betapa sulitnya orang Indonesia mengurus visa ke Amrik, Australia dan Eropa. Kalau browsing mengenai mengurus visa kayaknya kog lebih banyak cerita ditolak nya daripada dapet visa nya. Ada juga yang harus apply beberapa kali hingga akhirnya dapat visa. Saya sendiri baru punya pengalaman 4 kali sama visa perjalanan gitu.

Visa pertama saya adalah Visa On Arrival waktu melintas perbatasan dari Vietnam ke Kamboja. Tapi itu mah gampang, tinggal bayar $25 (resminya $20) dan menyerahkan paspor ke kondektur bus, dia yang mengurus semuanya. Tau-tau ketika paspor saya balik, sudah ada stiker hijau berlambang negara Cambodia yang menyatakan bahwa saya boleh bertandang ke negaranya.

Pengalaman kedua dan ketiga, saya juga tidak terlibat secara langsung. Yang kedua di urus oleh kantor saya sewaktu saya dapat undangan kunjungan bisnis ke Australia, walaupun hingga visa tersebut expired saya  belum juga di berangkatkan kesana karena waktu itu kantor saya sedang mengalami perubahan manajemen. Bahkan hingga akhirnya saya pindah kerja, belum juga saya melaksanakan kunjungan  balik ke Carly di Perth sana. Visa ketiga saya adalah Visa China, kalau itu anak buahnya Papa Said yang urus. Saya sih tinggal tanda tangan selembar formulir aplikasi.

Nah, Visa ke4 ini yang sukses bikin saya galau. Selama satu minggu menunggu keputusan keluarnya Visa, saya tidak bisa tidur nyenyak, makan saya tambah banyak dan mandi pun jadi jarang. Rasa nya mirip seperti menunggu pengumuman UMPTN, saya hanya bisa pasrah dan berdoa.

Menunggu SMS yang menyatakan bahwa pengajuan Visa saya sudah selesai dan bisa di ambil, rasanya hampir mirip seperti menunggu sms atau telpon dari cowok ganteng yang saya taksir. 

Itu momen-momen pas PDKT dimana si cewek ga boleh - demi apa pun - menelpon ato meng-sms duluan supaya kesannya lebih sophisticated dan ga keliatan ngebet nya gitu. Nah, di  momen tersebut sang cewek hanya bisa menunggu si cowok menyapa duluan, sambil setiap menit melirik ke layar henpon. Setiap ada telpon atau sms masuk selalu berharap kalau itu dari "si dia" dan harus merasa kecewa ketika ternyata isi sms nya hanya tawaran promosi dari kartu kredit dan ramuan pelangsing tubuh tanpa diet.



Penderitaan saya pun bukan hanya selama seminggu itu, tapi selama 6 bulan sejak saya membulatkan tekad untuk menginjakan kaki di Benua Australia. Demi rapi nya catatan keuangan (buku tabungan), saya menahan diri untuk tidak banyak shopping, memangkas pengeluaran untuk mencoba makanan enak di restoran dan kafe-kafe baru, saya bahkan mengurangi secara drastis ketergantungan saya terhadap Starbucks dan beralih ke kopi Kapal Api *bukan iklan*.

Awalnya saya dapat informasi bahwa untuk mengajukan visa ke australia harus punya uang 100 juta di tabungan. Buset deh, duit segitu mah saya mau nabung sampe peyot juga ga akan bisa terkumpul. Kemudian saya pun browsing-browsing, ternyata untuk visa turis (walaupun tidak ada patokan yang jelas) para travel agen mematok minimal ada 50 juta di rekening tabungan aktif. Maksudnya tabungan yang aktif masuk gaji dan keluar untuk kebutuhan sehari-hari. 

Enam bulan mengencangkan ikat pinggang, sampai makan di warteg aja saya bela-belain cuman nasi + sayur + tempe. Sementara itu saya hanya bisa ngiler melihat orang di sebelah saya makan pakai sop iga dan ayam goreng. Kemudian untuk menghemat BBM, saya berangkat lebih subuh dari biasanya untuk menghindari macet. Tapi apa daya, tabungan saya tetap saja tidak bisa mencapai angka tersebut. 

Celakanya dengan kenekatan maksimal, tiket sudah saya beli. Maklum tiket murah, jadi jauh-jauh bulan sudah saya beli. Dan dengan penuh kenekatan pula saya terpaksa mengajukan aplikasi visa dengan jumlah uang di rekening yang hanya setengah dari target tersebut. Tanpa sponsor.

Sponsor itu adalah kalau ada yang mau bayarin kita ke sana dan orang/perusahaan tersebut harus membuat Invitation Letter yang menyatakan kalau ybs akan menanggung segala pengeluaran kita dan menyertakan catatan keuangan nya serta segala dokumen pendukung lain, seperti fotokopi paspor etc etc.

Karena tabungan saya yang tidak sampai 50 juta itu, menurut hasil browsing saya di internet, agen tidak akan mau membantu mengurus paspor saya. Dan lagi karena keterbatasan dana yang saya punya seperti nya kog sayang ya dipakai buat bayar agen. Akhirnya saya memutuskan mengurus sendiri aplikasi visa turis saya.

Dokumen yang saya siapkan minimal banget: formulir aplikasi yang sudah diisi dan di tanda tangan, fotokopi KTP + KK, rekening tabungan 3 bulan terakhir, bookingan tiket pesawat pulang-pergi, surat keterangan kerja dari kantor dan selembar pas foto terbaru. Supaya lebih pede saya tambahkan itinerary dan billing kartu kredit saya 3 bulan terakhir.

Mungkin karena terlalu grogi, saya jadi salah fokus. Saya sudah mempersiapkan foto ukuran 4x6, tapi yang saya bawa malah ukuran 3x4. Tapi saya  sudah terlanjur disana ketika saya sadar bawa foto dengan ukuran yang salah, ternyata kata Mbak manis VFS yang menerima dokumen aplikasi saya tidak ada syarat yang mengharuskan ukuran foto 4x6. Ya bener juga sih, di website malah bilang foto ukuran pasport, jadi ga 4x6 dan 3x4 juga sih sebenernya.

Oh iya, VFS Global itu adalah perusahaan yang ditunjuk sebagai wakilnya kedutaan untuk aplikasi visa. Kantornya di Plaza Abda, Sudirman Lantai 22. Kalau mau mengurus visa ke Kanada, U.K dan Dubai disitu juga deh kayaknya, soalnya saya lihat ada papan namanya gitu. 

Proses penyerahan dokumen nya tidak lama, ambil nomor antrian - duduk - tunggu dipanggil, ga sampai sejam udah beres. Saya menyerahkan semua dokumen saya yang minimal itu ke mba manis yang men-check list kelengkapan saya. Di tunggu-tunggu dengan jantung berdebar, tapi si mba nya kog ga ada nanya kekurangan dokumen, dia malah langsung menjelaskan mengenai proses pengambilan dokumen dengan ramah dan pembayaran. Setelah membayar 1,2 juta langsung keluar keringat dingin. Ini uang yang akan hangus kalau visa saya di tolak, bersama dengan uang yang saya gunakan untuk beli tiket.

Rasanya kog saya masih kurang yakin sama kelengkapan dokumen saya sendiri, soalnya ibu-ibu yang duduk di sebelah saya cerita katanya dia sampai bawa fotokopi akta kelahiran, surat nikah, semua bukti deposito dan akta surat tanah segala. Sedangkan saya, mana ada saya punya deposito, boro-boro surat tanah. Surat nikah aja saya ga punya *galau sambil garuk-garuk tanah gara-gara surat nikah* 

Gimana saya mau ke ostrali kalo buat bikin visa nya aja harus bawa surat nikah? pacar aja ga punyaaaa.... huhuhuuu... *nangisdarah*

Ada juga saran dari teman saya, bahwa kalau mau visa nya di approved kita sebaiknya membeli asuransi perjalanan yang harganya ratusan ribu untuk 2 minggu. Teman saya itu malah beli asuransi kesehatan AUD 70 (700rebuan) untuk seminggu. Rasanya saya sudah tidak sanggup menambah nominal "taruhan saya di meja judi" tersebut, jadi saya tidak mengikuti anjuran teman saya itu.

Saya mengajukan dokumen selengkap mungkin saya mampu tapi tetap seadanya. Kalau misalkan di approved ya sukur, klo enggak ya saya sudah siap kalau harus merelakan sejumlah uang tersebut hangus. Semoga Tuhan mengganti nya, dengan segera mendekatkan jodoh saya *amin*

Lagipula kalau saya ga bisa liat kangguru di ostrali, kan saya bisa pergi ke sekolah terdekat. Disana juga banyak kang guru, teteh guru, mas guru dan mba guru. 

Setelah seminggu, sms yang di tunggu pun datang:

" Permohonan visa yang diproses dengan no. ref AJAK/xxxxx/xxxxx siap untuk diambil di Pusat Aplikasi Visa Australia."

Keesokan harinya saya sudah siap untuk menghadapi kenyataan apa pun yang terjadi. Jadwal pengambilan visa mulai jam 2, dan dari pagi hingga jam 2 itu saya mules-mules. Pasalnya, gara-gara si Slamet (emang dia selalu memperkeruh suasana) cerita kalau permohonan visa nya ke Myanmar baru saja ditolak.

Saya kan jadi panik, ke Myanmar aja bisa ditolak. Saya saja baru tahu kalau ke Myanmar itu harus apply visa, saya pikir karena ASEAN jadi kita bisa bebas mondar-mandir kesana atau paling ga pakai Visa On Arrival. Lah ini dia bisa di tolak ke Myanmar, gimana saya yang antar benua ???? Saya pun semacam salah makan broklat - bolak-balik ke toilet, mencret-mencret.
  
Jam 2 pas saya tiba di Plaza Abda. Untungnya sepi banget waktu itu, saya langsung menuju counter pengambilan tanpa harus menunggu antrian. Dengan tangan gemetar saya menerima sepucuk amplop coklat tertutup bertuliskan nama saya. Kepastian yang saya nanti-nanti, yang mempengaruhi hidup saya ada di dalam amplop ini.

Amplop coklat yang lebih penting dari surat cinta

"Silahkan di buka di belakang, nanti kalau ada pertanyaan bisa kembali lagi ke saya." kata mba-mba di belakang meja counter nomor 8 dengan manis nya.

Muka saya pucat pasi.

Saya beranjak ke bangku antrian paling belakang, agak kepojok. Jadi misalkan saya pengen nangis gara-gara ditolak tidak ada yang memperhatikan.

Saya menghela nafas, berusaha menguasai diri. Tapi jari jemari saya tidak bisa diajak kompromi, mereka bergetar dengan hebat nya. Sampai-sampai mau merobek amplop itu saja berkali-kali missed.

Setelah berjuang beberapa saat merobek ujung amplop dan memungut amplop yang terjatuh ke lantai dua kali, saya berhasil membuka nya. Dengan penuh kecemasan saya melongok ke dalam amplop itu dan mendapati paspor hijau kepunyaan saya. Tidak ada surat lain lagi disitu. Jantung saya pun semakin berdebar, seakan meronta mau keluar dari rongga nya.

Masih dengan gemetar hebat, saya raih paspor hijau di sudut amplop tersebut. Saya buka lembar demi lebar..... Saya pun kecewa....

Ternyata jodoh saya masih jauh !

Tapi di lain pihak, gembira rasanya hati ini luar biasa. Yess!!!!

Australiaaaaaa, ayem komiiiiiiiing..........

Lompat Kangguru

Selasa, 20 Maret 2012

My name is Bond.... James Bond

Kalimat di judul itu bisa membuat hati cewek-cewek sexy meleleh, termasuk saya tentunya. Sudah beberapa kali saya dapat tawaran jadi salah satu Bond's girl gitu, tapi ya karena syuting nya jauh dan saya tidak bisa meninggalkan segala kewajiban saya di Indonesia, dengan berat hati saya terpaksa menolak semua tawaran itu.

Nah, sebagai salah satu kandidat dari Bond's girl kayaknya kurang lazim  kalau melewatkan kesempatan ikut tur James Bond Island di Phuket. 

James Bond Island disebut James Bond Island karena tempat ini pernah jadi lokasi syuting salah satu film James Bond, The Man With Golden Gun. Tempat ini nama asli nya Phang Nga Bay. Film nya sendiri keluar pada tahun 1970-an, jadi saya sejujurnya belum nonton juga film nya. Tapi sedikit cuplikan dari youtube cukup membuat saya mengerti kira-kira apa yang dilakukan Mr. Bond yang ganteng di pulau tersebut. *klik aja link birunya*

Di kantor travel kita di tawarkan dua pilihan untuk tur James Bond. Paket ekonomis, ga pake acara kayaking dan pakai boat kecil - tapi kita mampir di Fishing Village, perkampungan nelayan terapung yang konon merupakan keturunan dari Sea Gypsy. Saya pengeeennn bangeettt ke perkampungan terapung yang ada Seven Eleven terapung itu... pengen liat alay-alay terapung lagi nyeruput Slurpee dan melahap Big Bite.

Paket kedua lebih mahal, ada acara kayaking dan boat nya besar luar binasa - tapi ga ada acara mampir ke Fishing Village. 

By the way, paket ekonomis itu bisa lebih murah karena pas pulang nya kita di mampirin ke toko-toko souvenir gitu, jadi ini sebenarnya pake prinsip Tuk-Tuk yang nawarin harga murah tapi bawa kita ke toko-toko cinderamata yang ngasih mereka komisi.

Tapi saya pengen banget ikut ngapung bareng alay-alay terapung. Saya pun galau dan bimbang... kayak .....alay-ngapung..... kayak.... alay-ngapung.....kayak...... alay ngapung.......

Hingga akhirnya kita ditawarin potongan harga sebesar 500 bath sehingga selisih paket mahal dan paket ekonomis nya cuman 100 bath saja. Ya dengan sangat menyesal saya harus menunda kesempatan eksis sambil mengapung dan mengambil paket dengan kapal besar tersebut.

***
Para 3 alays dijemput tepat jam 8 di hotel, langsung menuju dermaga dan dipersilahkan mengambil sarapan yang tersedia berupa teh/kopi dan biskuit sembari menunggu peserta tur yang lain komplit. Setelah komplit, para peserta tur dipanggil dan digiring menuju kapal yang beneran bueessarrr... dua tingkat, men. 

Dengan norak nya ketiga alay langsung jejingkrakan di atas kapal, foto-fotoan segala gaya. Sementara ada mbak-mbak yang lagi nyiapin minuman, mba itu pun ngomong ke Chacha pakai bahasa Thailand. Sementara si Chacha nyengir-nyengir sambil manggut-manggut seolah-olah ngerti dan si mba terus nyerocos. Melihat keganjilan ini saya langsung menyela, "sorry, we're no Thai." 

Si mba itu langsung kaget dan speechless sampe-sampe nyamperin kita dan bilang, "oooooh.. I thought you were Thai." Masih tidak melepaskan pandangan dari si Chacha seolah-olah ga percaya kalo dia bukan orang Thai.

Menunggu peserta lain di Ao Por

Dikira turis lokal

3 alay bergaya

Tur ini termasuk minuman free-flow, sampe kita kembung. Ada softdrink, teh, kopi dan air mineral - dingin juga ada. Buah-buahan juga tersedia terus di meja nya. Sayang nya cuaca hari itu tidak mendukung, hujan nyaris seharian. Itu membuat kegiatan foto-foto juga jadi kurang maksimal.


Waktu itu pas lagi hujan dan saya bersiap-siap turun dari kapal untuk main kayaking. Para peserta tur yang lain udah siap sama jas ujan, Saya berinisiatif mengambil kantong plastik yang memang di sediakan untuk menyimpan barang-barang kita kalau takut basah, kemudian saya pakai di kepala. Ada bapak-bapak bule yang ngeliatin saya pake kantong plastik di kepala, terus saya jelasin aja kalo di Indonesia orang-orang biasa begini kalo hujan dan ga bawa payung. TAU APAH??? Si  bapak itu langsung motret-motretin saya dengan kantong plastik di kepala.

Saya sudah tidak kuasa menolak nya, hanya satu permintaan saya sama si bapak itu, "Please sir, don't put this on internet."

***

Akhirnya sampai juga di Phang Nga Bay, atau James Bond Island. Kita dipindahkan dari boat besar ke Long Tail Boat supaya bisa mendekati pulau kecil tersebut. Dengan lincah nya ketiga alay berlompatan di Long Tail Boat yang kecil tanpa menggunakan life-jacket. Kelihatan banget bedanya penduduk dari negara kepulauan sama penduduk negara daratan. 

Ya tapi ga selalu siy, cewek New Zealand yang baru saya kenal di boat itu mengaku, " I can't swim, if I fall into the water the only thing that float is my ass." 

Begitu pula waktu turun, dengan gesit dan penuh kesigapan - saya, chacha dan joko menyusuri tepian long tail boat dan langsung melompat ke daratan. Banyak kios-kios cinderamata di pulau itu, saya sempat berbincang dengan salah satu ibu pemilik kios. 

Si ibu itu duduk di sebelah saya waktu saya lagi istirahat nungguin si Joko motret-motretin batu. Katanya kebanyakan yang usaha di pulau-pulau ini adalah orang-orang Thailand pesisir yang mayoritas beragama muslim. Pas tau saya dari Indonesia dan muslim juga, si ibu itu langsung bilang kalau kita bersaudara - karena itu dia akan memberi saya harga murah untuk magnet kulkas James Bond Island. Teteup ya bu, dagang nya hahahaa......
Ceritanya ini Roger Moore dan Christopher Lee di film James Bond

Poin of Interest dari pulau ini adalah sebiji batu yang berdiri tegak dengan posisi gaib. Soalnya atasnya itu lebih besar dan bawahnya mengecil akibat terkikis air laut, tapi bisa berdiri tegak gitu. Nah di film James Bond, The Man With Golden Gun, ceritanya di batu itu ada Solar Panel rahasia dan ada adegan duel pistol dan kejar-kejaran dengan bekgron batu itu.

***

Karst adalah daerah batu-batuan yang terbentuk jutaan tahun melalui proses kimia yang ruwet antara H2O (air), CO2 dan CaCO3 (kalsium karbonat). Di tur ini kita diajak melintas lautan menyusuri deretan karst, kemudian diajak mengamati fenomena alam tersebut dari dekat menggunakan kayak. 

Mengunakan perahu karet tersebut, kita bisa lebih dekat mengamati tekstur permukaannya yang berlapis-lapis bahkan bisa menyentuh nya. Kita juga masuk ke dalam gua-gua yang tersembunyi di dalam rongga batu raksasa, merasakan dingin nya udara di dalam gua kapur dan merasakan rintik air yang merembes dari permukaan nya.

Perhatikan itu bawahnya bolong karena erosi air laut

Gunung kapur yang indah
Diantara peserta tur adalah 3 orang cewe-cewe cantik asal New Zealand, mereka kelihatan kurang antusias sehingga saya pikir mereka mabuk laut. Iseng-iseng saya ajak ngobrol, "oooh.. you're from New Zealand.. so what's it looks like?"

Salah satu dari mereka menjawab,"like this.."

Oalaaah.. makanya mereka kurang antusias karena di kampung halamannya pemandangan nya sama persis, batu-batuan begonoan juga.

Sebenarnya di negara kita juga banyak sih. Banyak banget wilayah Karst tersebar di seluruh Indonesia. Banyak juga yang di tambang secara ga terkontrol untuk dijadikan bahan campuran semen. Saya pernah baca, salah satu lokasi penambangan kapur yang kontroversial adalah di kawasan Citatah. Cuman sebagai salah satu contoh saja karena sebenarnya masih ada beberapa kawasan eksploitasi kapur yang tidak kalah kontroversial.

Konon dengan adanya penambangan kapur tersebut tambahan pendapatan daerah mencapai ratusan juta dan ekonomi rakyat di sekitar kawasan tersebut juga terangkat. Ya karena tambang kapur tersebut membuka lahan pekerjaan dan membuat kawasan tersebut jadi hidup.

Tapi ada dampak-dampak negatif yang tidak disadari, yang di sebut dengan cost of illness. Dengan adanya penambangan kapur tersebut terjadi lah pencemaran lingkungan. Banyak anak-anak dan balita terkena penyakit sesak napas akibat menghirup debu-debu kapur yang di tambang. Belum lagi asap dari pabrik pengolahan kapur yang terletak tidak jauh dari situ. Pencemaran air pun semakin parah dan warga kini sudah tidak bisa minum air dari sumur tanah, sehingga mereka terpaksa harus membeli air galon atau isi ulang. 

Sebenarnya gunung kapur sendiri salah satu fungsinya yang utama adalah untuk  kawasan resapan air dan penyedia air yang layak diminum. Air hujan yang jatuh ke atas permukaan nya akan terserap dengan cepat karena struktur batuan ini berpori. Kemudian air yang merembes di permukaan tersebut akan mengalami semacam proses filtrasi alam, menghilangkan kadar acid nya dan segala macam kotoran sehingga keluar air bersih. Beberapa kawasan karst memiliki sungai atau danau atau sumber air lainnya di dalam nya yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih. Tapi ironi nya karena sekarang di garuk-garuk begitu yang tadinya sebagai sumber air bersih malahan jadi mencemari.

Dengan semakin berkurangnya gunung kapur karena ditambang berarti berkurang juga daerah resapan air. Bisa dibayangkan apa dampak nya: Banjir Besar Karena Arus Air Sudah  Tidak Terbendung.

Saya rasa ada hal yang harus kita ingat sebagai generasi muda (cieeee yang muda.. *kibas poni*) supaya lebih aware terhadap sustainability lingkungan, bencana juga bisa terjadi karena manusia menganggu kestabilan yang terbentuk secara alamiah.

Ini ada bahan bacaan bagus yang lebih bermutu daripada postingan saya, judul nya bosenin  kayak pidato tingkat kecamatan tapi isi nya keren banget hehee...
Pengelolaan Kawasan Karst dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Senin, 12 Maret 2012

Paws Up!

Fenomenal!
Itulah kata yang tepat mendefinisikan kedatangan Lady Gaga yang masih 3 bulan lagi. 

Jam 7 pagi saya tiba di lokasi penjualan pre-sale tiket konser - FX mall, antrian sudah mengular mulai dari pintu masuk di Lobby Senayan berkelok-kelok 7 kali, meliuk-liuk 10 kali, hingga tumpah ruah ke luar areal pagar mall di sepanjang trotoar Jalan Jend. Sudirman. 

Saya sempat mengintip di twitter bahwa 200 pembeli pertama bahkan sudah masuk ke dalam lobby mall mulai dini hari, beberapa dari mereka berkostum ajaib a la Lady Gaga. Ternyata mereka sudah mulai mengantri sejak malam sebelumnya, ada yang sudah mulai mengantri sebelum tengah malam - sebegitu cinta nya mereka sama Mama Monster sampe rela begadang nungguin tiket konsernya. 

Tidak jauh setelah saya datang, ada seorang anak laki-laki mengenakan hot-pants jeans dan kemeja putih dengan lipstik merah, eye shadow biru metalik dan bulu mata Syahrini. Waktu dia berlari-lari kecil mengejar antrian yang berjalan maju saya dengar bunyi kletak kletak, ternyata anak itu mengenakan high heels hitam mengkilap. Takjub sekali saya sama semangat nya berdandan demi idolanya Lady Gaga. 

Yah ada juga sih anak lelaki lugu yang mengantri sendirian pas di depan saya, rupanya dia juga sangat excited mengantri tiket konser yang bertajuk The Born This Way Ball hingga dia bela-bela-in beli sepatu baru. Tapi dik, itu nomor nya lupa di lepas x_x
Antrian yang sudah mengular sampe keluar pas saya tiba di FX
Little monster eksis dengan bulu mata syahrini (yg pke kemeja putih)
"dik..dik.. sepatunya nomor 43 yaaaaa?"
Makin lama pengantri yang saya liat makin aneh-aneh. Ada yang muka nya di gambar tengkorak persis kayak Lady Gaga di video klip Born This Way. Ada yang pake wig putih panjang kayak Lady Gaga di video Poker Face.Ada yang pake baju hitam panjang ajaib plus dandanan gothic. Pokoknya asli heboh kelakuan para Little Monsters ini.

Tadinya pembelian tiket akan dibuka jam 10, tapi karena pengantri sudah membludak panitia memutuskan untuk memajukan jadwal transaksi, jadi dimulai jam 9. Ga tau karena manusia nya kebanyakan atau sistemnya yang lelet, jalan antriannya lambat sekali. Hampir jam 11 siang saya, chacha dan joko (yak, the 3 alay -___-") posisi antriannya masih di luar halaman mall.

Beberapa orang saya lihat mulai keluar antrian karena mereka berhasil membeli tiket dengan cara online. Tapi itu juga tidak mengurangi banyaknya pengantri yang masih tetap di barisan, ga signifikan gitu. Sementara itu hujan mulai turun, untung akibat pengalaman ngantri tiket Justin Bieber sebelumnya saya sudah sedia payung sebelum hujan. 

Besok nya baru saya terkejut membaca di twitter promotornya kalau di hari Sabtu itu ada 36.000 tiket terjual di FX. Buset, pantesan tuh manusia banyak banget kayak amoeba disentri yang ngumpul di sotomie abang-abang yang jualan di pinggiran kali. 

Bukan cuman Lady Gaga dan promotor nya yang mengeruk laba, tapi beberapa cafe dan Food Hall dari dalam FX mall yang insiatif menjajakan dagangannya keluar mall juga kecipratan untung. Karyawan dari Food Hall mondar-mandir mendorong gerobak berisi macam-macam botol minuman dingin, roti, sandwiches, nasi goreng dan mie goreng.

Mbak-mbak dan mas-mas dari macam-macam cafe pun mondar-mandir bawa baki yang berisi macam-macam penganan mulai dari brownies sampai kue soes. Abang ketupat sayur dan Roti Lauw pun tidak mau ketinggalan mengais rejeki dari gerombolan pengantri tiket konser ini, mereka pun parkir dengan manis di pinggiran antrian.

Dagangannya Food Hall, bikin minder abang ketoprak

"Aqua..aqua.. beli satu 3000, beli dua 5000...," abang tukang minuman pun bikin program bundle promo.

Lady Gaga nya sendiri aja kayaknya juga surprise berat sama antusiasme Little Monsters di Indonesia, dirinya pun nge-Tweet:

Tweet Lady Gaga pagi ini
Itulah kenapa saya suka Lady Gaga, gaya nya memang eksentrik tapi sebenarnya di dalam hati nya dia itu baik dan tidak sombong *samakayaksaya*

Senin, 05 Maret 2012

Edisi Bikin Ngiler : Part 2

Setelah Edisi Bikin Ngiler yang sukses membuat orang yang baca terngiler-ngiler, sekarang saat nya saya bikin Part 2 nya. 

Hampir 30 tahun dan masih hidup menjomblo, saya mulai mencoba untuk introspeksi diri. Agak terlambat sih, harusnya ya saya udah mulai introspeksi diri 5 tahun yang lalu. Yah, tapi kan kata orang-orang pinter di tivi kan better late than never. Dari hasil introspeksi itu saya menemukan bahwa salah satu masalah terbesar saya berkaitan dengan nafsu makan. 

Mungkin agak menyeramkan juga ya ketika para lelaki itu membayangkan masa depan nya dengan saya sebagai istri, kemudian mengkalkulasi berapa karung beras yang dibutuhkan setiap bulannya untuk ngasih makan saya. Apalagi kalau punya anak yang nurunin nafsu makan ibunya. Saya yakin hitung-hitungan karung beras itu setelah di tuangkan ke dalam spreadsheet excel kemudian dimasukin kedalam formula excel, hasil yang keluar adalah MELARAT. Sehingga ketika mereka liat saya lagi mungkin di otaknya ada semacam alert berbentuk running text berwarna merah dengan huruf kapital semua yang menyala kedip-kedip : ...MELARAT...MELARAT...MELARAT.. 

Begitu juga pas traveling, seketat apa pun budget nya saya tetap ga rela kalau penghematan itu harus saya lakukan dari segi kuliner. Saya senang banget nyicip-nyicip makanan khas, apalagi kalau makanan itu tidak ada di tempat saya tinggal. Excitement nya itu rasanya seperti coba-coba berjudi gitu, kadang rasanya kayak menemukan jackpot karena enak banget. Tapi kadang juga terjebak karena rasanya aneh dan ga sesuai sama lidah saya. Kalau kayak gitu saya juga tetap bersukur udah nyobain, yah walaupun cukup sekali saja.  

Ga usah jauh-jauh pas traveling, pas jam makan siang di hari biasa saja saya sering gitu. Belum lama ini saya baru nyicipin yang namanya sroto. Selama ini saya penasaran banget apa bedanya sroto dan soto, cuman baru beberapa waktu lalu sempet mampir ke RM Eling-Eling yang menu khas nya sroto. Ternyata sroto dan soto itu benar-benar dua hal yang berbeda. Saya suka soto tapi ga akan dua kali makan yang namanya sroto. Bleeegh.. rasanya aneh kalau menurut saya.

Di Penang saya penasaran sama Nasi Kandar. Berbagai sumber yang saya temukan waktu browsing-browsing sebelum berangkat bilang kalau ke Penang ga nyobain nasi kandar rugi banget, gitu katanya. Jadi waktu disana saya minta diantar ke Rumah Makan yang jual nasi kandar naik becak warna kuning yang penuh bunga-bunga-an. Saya diantar ke satu rumah makan nasi kandar yang menurut abang becaknya termasuk yang ramai di Penang. 

Sayang nya waktu itu Jum'at siang, rumah makan nya masih tutup dan baru buka lagi agak sore-an, jadi saya memutuskan untuk menghabiskan waktu di Fort Cornwalis sambil nunggu RM Nasi Kandar nya buka. Sial nya perut saya ini protes ga bisa disuruh nunggu Nasi Kandar, akhirnya saya memutuskan mengganjal perut dengan Nasi Ayam di foodcourt  nya Taman Kota Lama. 

Saya cuman sehari sih di Penang, tapi kalau menurut saya itu testimonial dari turis-turis lain tentang Penang yang merupakan surga makanan kaki lima overrated banget. Cendol disana sama cendol disini, kalau buat saya enakkan disini - jauh lebih murah pula. Sama hal nya dengan Singapura yang memutuskan menggunakan promosi sejenis buat menarik wisatawan asing. Menurut saya sih rasa makanan disana bukan yang istimewa-istimewa amat. Personally, saya lebih suka Thailand kalau untuk hal kayak begini-begini-an.

Kebetulan lokasi rumah makannya nya tidak jauh dari Fort Cornwalis, tinggal nyebrang menuju daerah Little India. Saya masuk agak bingung-bingung. Pertama saya pikir cara pesan makanan itu di pesan dari menu, ternyata ketika saya bilang mau pesan nasi kandar saya disuruh langsung menuju etalase yang mirip seperti etalase warteg.

Menu yang dipajang macam-macam, ada daging, ikan, ayam dan sayur-sayuran. Semua nya berkuah kari mirip kuah gulai RM Padang. Saya pilih cumi atau sotong, yang ternyata bahasa melayu nya disana juga sotong. Nasi putih saya pun di siram 3 macam kuah kari sebagai pelengkap. 
RM Nasi kandar Mustafa

Nasi Kandar Sotong
Saya segera menuju kasir sambil nenteng piring mau bayar, tapi tiba-tiba di teriakin sama bapak-bapak yang meracik nasi kandar saya, makan dulu baru bayarnya belakangan katanya. Wangi nya sih semerbak banget. Tapi rasa kari nya buat saya terlalu pekat jadi malah eneg. Yah, at least kan saya sudah coba nasi kandar (walaupun ga doyan) jadi ga rugi-rugi amat.
***
Awalnya saya sempat bertanya-tanya, kenapa Ho Chi Minh City dulunya di sebut Saigon. Apakah karena kota itu asalnya makanan ringan jajanan SD jaman dulu yang berbentuk serbuk warna coklat dan manis itu? Eh tapi itu sagon ya bukan saigon..

Ternyata asal nama Saigon itu karena konon di daerah itu dulu nya banyak pohon kapas, jadi di kasih nama based on pohon kapas dalam bahasa nya mereka. Ini semakin menguatkan ketidak ada nya hubungan antara jajanan SD di Indonesia jaman dulu (Sagon) dan salah satu kota di Vietnam (Saigon). Bukan juga merupakan jajanan SD bernama sagon yang dicampur sama salah satu merk obat nyamuk sehingga mengakibatkan 78 anak SD dibawa ke Rumah Sakit karena kasus keracunan makanan.

Jadi jelas lah kenapa kita tidak akan menemukan sagon di Saigon. Walaupun masih belum jelas buat saya sampai sekarang kenapa tidak ada Es Shanghai di Shanghai, yang jelas saya menemukan Ca Phe Sua Da yang membuat saya tergila-gila. Saya juga sempat nyicipin sandwich khas daerah itu, yang ini sepertinya perpaduan dengan budaya Prancis. Dulu nya daerah ini sempat di jajah Prancis. Sandwich ini banyak dijual di kaki lima, menggunakan roti Baquet yang bisa kita pilih isinya, namanya bánh mì.
bánh mì saya yang isinya telor ceplok & sayur doang
Saya mulai melihat sisi ironis nya disini kalau dikaitkan dengan perkembangan negaranya. Bangsa Vietnam memang bangga makan singkong, tapi itu waktu jaman mereka perang dulu. Nah sekarang mereka sudah beralih dari makan singkong ke makan roti. Sedangkan di Indonesia kita masih aja setia sama singkong. Karena itu saya mulai khawatir ga lama lagi bangsa kita bakal kalah maju sama Vietnam, ya karena kita masih terlena sama singkong itu.
***
Thailand buat saya adalah surga makanan, enak-enak dan murah meriah. Waktu kedua kali nya saya ke Thailand ada satu makanan yang saya cari tapi tidak ketemu, saya ga tau namanya tapi itu semacam rujak mangga muda yang pake bumbu pedes terus ditaburin kacang. Saya ketemu ini waktu di Bangkok, ada ibu-ibu yang jualan makanan ini di pinggir jalan dan ada seorang lelaki yang lagi beli. Trus penasaran saya tanya itu apa, terus dijelasin kalau itu mangga pedes.Akhirnya saya & temen saya waktu itu beli makanan itu dibantu di terjemahin sama cowo itu. Si cowo thai itu mesti mikir, ni turis random abis.

Jajan Rujak Mangga

Si ibu lagi meracik rujak mangga pesanan kita
Kedua kali nya saya ke Thailand, memang ga ketemu jajanan rujak mangga pedes tapi ada juga sih jajanan yang lain yang lucu-lucu. Diantaranya jajanan semacam pancake waktu 3 alay main ke Patong Beach, lumayan kiyut gitu buat cemilan. Saya juga nyobain sotong yang dikeringin gitu, soalnya saya liat ada orang Thai makan gituan kayak enak banget, pas saya yang nyobain kok susah di kunyah nya, alot gitu. Awet jadinya, ga habis-habis hahaha....

Penjual Pancake di Patong Beach
Pancake Pisang Coklat
Saya juga heran sama orang-orang Thai. Kalau dilihat masakan nya dan cara masak nya kayaknya simpel banget. Either orang sana semua pada jago masak atau masakannya di kasih banyak MSG atau ganja jadi semuanya enak. Ayam goreng pinggir jalan, bola-bola ubi, Thai ice tea dan makan siang dari paket tur, walaupun masakan sederhana tapi incredibly delicious, bahkan nasi putih nya aja enak banget. No wonder Indonesia impor beras dari Thailand. 

Gerobak makanan di pinggir jalan

Nasi Goreng Thai yang pucat tapi rasanya berbumbu banget
Mie kuah siram sea food, murah dengan potongan udang dan cumi melimpah
Makan siang di resto terapung waktu tur mengayak di Krabi
Makan siang di kapal, James Bond island Tour

Kamis, 01 Maret 2012

Si Manis Blogger Ancol

Kamilah para blogger-blogger manis yang senantiasa menghiasi dunia per-blogging-an yang penuh dengan lika-liku curhat colongan : Cipu, Rossa, Exort dan (yang paling manis tentunya) saya. *ditimpukrame2*

Setelah beberapa lama berinteraksi secara maya, tahun 2010 adalah pertama kali nya saya ketemu dengan mereka. Istilah keren nya mah KopDar, alias Kopi Darat. Berasal dari istilah ketemuan secara langsung bagi para pemilik radio amatir yang biasa bertemu di 'udara' jaman mama saya masih remaja. 

Era radio amatir tampaknya telah tergerus oleh perkembangan jaman dan sekarang pertemuan di 'udara' dilakukan melalui media internet, tapi demi mempertahankan tradisi (saya rasa) istilah Kopdar masih di pertahankan.

Saya belum sempat posting mengenai kopdar pertama kita yang akhirnya jadi agak absurd. 

Nah, jadi ceritanya waktu itu saya diajak oleh Cipu untuk kopdar bersama Rossa dan Exort. Kalau sama Cipu saya sudah kenal lama, sempat satu kantor kemudian beberapa kali traveling bareng. Rossa dan Exort, walaupun saya rajin banget silaturahmi ke blog nya tapi silaturahmi langsung sama sosok asli  nya ya baru kali itu.

Cipu yang waktu itu sudah berstatus pelajar di Aussie, kebetulan lagi pulang kampung negara. Dengan berbekal voucher salah satu restoran vegetarian di Plaza Semanggi yang pernah di review Cipu di blog nya, di traktir lah kita. Saya sendiri, jujur, bukan penggemar sayur mayur. Seperti Papa Said selalu bilang, kita kan makan kambing, kambing kan makan daon-daonan which is sama dengan sayur, jadi secara tidak langsung kan kita sudah mengkonsumsi sayuran. Nah, itu saya sangat setuju sekali.

Apalagi restoran vegetarian itu rata-rata menggunakan jamur sebagai pengganti daging karena konon katanya jamur itu rasanya mirip daging. Well, Mama Said juga selalu bilang kalau jengkol itu rasanya sama dengan daging. Jadi saya tidak gampang percaya sama opini publik semacam itu. Di paksa-paksa juga saya ga akan mau makan yang namanya jamur. 

Sebenarnya ada cerita dibalik ke-enggan-an saya makan jamur. Dulu saya pernah salah potong rambut, kata orang salon nya potongan model Wulan Guritno (jaman dulu lagi tren pelem Pondok Indah di AnTeve yang niru-niru Beherly Hills 90210), entah kenapa jadinya di saya malah jadi kayak Gurita. Di hari yang sangat ber-angin rambut saya pun megar sejadi-jadi nya sehingga semua orang mengejek saya dengan julukan 'jamur'. Sejak itu saya semacam phobia sama jamur.

Eniwei, balik ke cerita kopdar. Saat kita sedang  berbincang-bincang dengan segala ke-unyu-an kita, datanglah mba-mba dari Trans7. Satu orang pegang mikrofon, Satu lagi pegang kamera. "Maaf mengganggu, kita sedang membuat program mengenai gaya hidup vegetarian. Keberatan tidak kalau kita ganggu sebentar acara makan-makan nya dengan wawancara sebentar?"

Cipu yang banci tampil, pura-pura ga minat, padahal saya tahu di hati nya itu menggebu-gebu banget pengen di wawancara di tivi. Dengan gaya yang sok malu-malu kucing gitu, Cipu pun menyanggupi.

"Aduh maaf mas, karena ini acaranya khusus acara perempuan jadi yang di wawancara mba-mba nya aja," dan Cipu pun gagal eksis.

Akhirnya Rossa dan saya yang diwawancara. Sebelumnya kita beramai-ramai di shoot, sedang makan bersama ceritanya. "Yang natural aja," kata mba kamerawati sembari mondar-mandir, jongkok berdiri demi  mendapatkan angle yang menawan untuk para pemirsa. 
Gaya natural dari sekelompok vegetarian yang sedang menikmati makanan

Giliran pertama Rossa yang di wawancara. "Sejak kapan Mba memutuskan menjadi vegetarian." 

"eeerrr.. kita bukan vegetarian."

"WHAT?," kata mba reporter. "Ya sudahlah pura-pura nya aja jadi vegetarian." Tampaknya dia dikejar dateline kejar tayang gitu. Dan sayang nya waktu itu cuman kita-kita saja yang ada di dalam resto itu, jadi Reporter malang itu kelihatannya tidak punya pilihan lain. Terpaksa deh.....

Saya pun berpura-pura, seolah-olah saya vegetarian. Padahal makan malam saya di Rumah Makan Padang, lauknya pakai Rendang, Ayam Gulai dan Paru sekaligus sekali makan. Etapi ada juga yang tertipu. Beberapa hari kemudian ketika saya sedang dikantor, rupa nya acara wawancara palsu saya itu tayang di tivi. Mama Said tiba-tiba menelpon, "Mil, tadi Tante Sri (teman arisan nyokap) katanya liat kamu di tivi, kata Tante Sri, itu si Mila bilangin, ngapain sih vegetarian-vegetarian segala. Udah makin kurus aja tu anak."

Dalam hati saya bersorak yess... berhasil melakukan pembohongan publik.

Acting wawancara sebagai vegetarian
***

Awal tahun 2012, kita sepakat untuk mengulang kopdar yang fenomenal tersebut. Venue yang di sepakati bersama adalah; ANCOL. 

Cipu seorang blogger yang mendapatkan beasiswa ke Aussie dan sedang menulis buku tentang New Zealand. Rossa, seorang blogger yang baru saja men-launching  buku traveling ke Skandinavia. Exort seorang blogger yang hobi fotografi dan salah satu foto nya sukses di pajang di pameran foto bergengsi di Grand Indonesia Shopping Mall. Saya sendiri.... ehm.. ga perlu dijelaskan lah ya, betapa imut,  lucu, menggemaskan dan menawan nya *siap-siap ditimpuk rame-rame lagi*. 
Eh, kog ya kita ketemuan nya di ANCOL?

Hellooooww... Ancol itu adalah tempat artis-artis yang baru keluar dari penjara melempar celana-celana dalamnya untuk buang sial. How cemen is that?

But anyway, sebenarnya Ancol itu adalah tempat yang sangat seru, menarik dan romantis, apalagi buat orang pacaran. Kalau yang jomblo-jomblo ya siap-siap aja gigit jari liat sejoli lagi mesra-mesra bergandengan tangan sepanjang pantai Ancol. Lagi suap-suapan sambil nunggu sunset di Luna Negra. Lagi pelukan-pelukan di dalam Gondola sambil menyaksikan birunya lautan dari atas, serasa terbang berdua diawan gituuuu deeeh ceritanya *nada sinis*

Awalnya Rossa pengen banget berfoto sama lumba-lumba. Tapi mungkin memang dia ga jodoh sama lumba-lumba Ancol, pas itu semua lumba-lumba se-Ancol ternyata lagi cuti. Yah tapi dengan segera Rossa mendapatkan gantinya, mas-mas Ancol - tukang perahu. 

"Neng, bapaknya tukang es batu?"

"Kenapa, bang?" tanya Rossa malu-malu

"Soalnya Neng telah membekukan hati abang."

cieeeeeee.....

Exort datang dengan muka linglung, "ah sialan.. kunci motor gw ke kunci di bawah jok." Seru nya sembari terduduk lemas di taman depan loket Gelanggang Samudra.

See, I told you setiap kita berkumpul pasti ada sesuatu yang fenomenal. Kali ini si Exort yang kunci motornya secara tidak sengaja di masukin sama dia di bagasi motornya. Tapi dia tetap profesional menjalankan kopdaran nya, walaupun terancam harus mendorong motornya keluar kawasan Ancol, menyebrangi jembatan Ancol kemudian menyusuri jalan sepanjang kali Ancol hingga menemukan tukang kunci yang bisa membongkar kunci jok motornya.

Exort tetap bergabung ketika kita memutuskan ke Sea World.

Sea World di traktir Rossa
Ya beginilah blogger narsis. Ke SeaWorld cuman buat foto-foto di bawah terowongan aquarium raksasa nya. Tapi seru sih, selain foto-foto mengamati perilaku ikan-ikan, ada yang centil mondar-mandir, ada yang menyamar jadi batu, ada ikan pari hasil perselingkuhan antara ikan pari dan macan tutul sehingga motifnya animal print macan tutul, ada ikan pari cemberut yang diduga adalah pria yang diselingkuhi istri ikan pari nya dengan macan tutul sehingga melahirkan anak bermotif macan tutul. 

3 jam lagi kita didalam situ, berempat kita bisa menghasilkan buku kolaborasi mengenai lika liku kehidupan satwa air di aquarium seaworld yang penuh dengan intrik sosial, kasih sayang, hubungan keluarga lengkap dengan bumbu pengkhianatan dan pengorbanan cinta. Buku dengan tema begini kayaknya yang bakalan laku berat, di terjemahkan ke 8 bahasa, bahkan Hollywood pun tertarik buat bikin film based on buku ini. Kalau bayangan saya sih semacam gabungan antara film Madagascar dan Finding Nemo gitu. 

Keluar dari Sea World, kita memutuskan untuk nongkrong-nongkrong di pantai Ancol. Exort memilih untuk pulang naik Trans Jakarta demi harapan menemukan kunci cadangan motornya. Tiba di pinggiran laut Ancol, Cipu tiba-tiba memutuskan pengen naik perahu. Maka naiklah kita ke perahu dimana Rossa menemukan pengganti lumba-lumba impiannya. Seorang mas-mas tukang perahu yang punya account Facebook (baca: 'pa cebok) dengan nama Bikinibottom2, tentu saja karena account Bikinibottom (saja) miliknya yang pertama sudah full.Gaul Abissss....

Naik Perahu di Ancol

Bersama Special Guest Star
Special Guest Star kali ini adalah seorang  blogger dan traveler belia yang datang dari jauh hanya untuk terjebak bersama blogger-blogger yang sedang krisis usia paruh baya. Dik Hamka, yang asli Makassar langsung fasih ngobrol sama seniornya dari satu kampung, yaitu Cipu. Thanks for coming, mudah-mudahan ga kapok yaaaah main sama kita-kita. Tunggu kita di Sempu *kecup jauh dari kakak-kakak yang imut-imut ini*

Panggilan nih kepada saudara GAPHE, kapan kita kopdar woooooiiiii.... raja kopdar klo belom pernah kopdar sama kita-kita ga afdol jyahahahaa.....

Gaya foto Gaphe
Notes: semua foto-foto diatas punya Cipu, karena saya tidak bawa kamera dan ngarep di fotoin doang. Thanks ya cipuuuuuuy......
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...