Sabtu, 29 November 2008

Km 0

Kota Malang, buat aku punya nilai historis sendiri untuk kehidupanku. Kota ini bukan sekedar kota kecil yang sejuk di Jawa Timur dengan luas 110.06 Km persegi, dan kepadatan penduduk kurang lebih 7106 jiwa per kilometer persegi. Waduh.. komplit amat ya?

Dari sinilah awal dari perjalanan berantai ku yang panjang, melelahkan, but overall siy menyenangkan.
Tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang jalan-jalan, makan-makan, atau oleh-oleh seperti di kota-kota yang lain.

Berawal dari misi untuk belajar tentang pekerjaanku, aku mendarat di bandara abdulrachman saleh dengan pesawat sriwijaya yang menukik tajam. Sebagian besar waktu ku disana memang dihabiskan untuk bekerja, walaupun sebenarnya tidak banyak yang aku kerjakan sebagai anak baru yang masih belajar.

Hari-hari terakhir aku di kota Malang, aku sempat mengalami kemalangan.. ironis sekali ya? he3.. Tepat di hari terakhir, aku baru sadar kalau kartu ATM ku tertinggal di mesin ATM saat terakhir kali aku tarik tunai. Kemudian masalah kartu ATM yang tertinggal itu menjadi semakin pelik karena, aku lupa dimana aku simpan buku tabungannya.

Setelah berbulan-bulan bolak-balik Bandung-Jakarta untuk mengurus tabunganku yang sempat beberapa lama tidak bisa dipergunakan karena tidak ada kartu ATM dan buku tabungan, baru masalah keuangan tersebut terselesaikan. Celakanya, semua uang gaji ku dialamatkan ke rekening naas tersebut. Untung saja aku masih punya tabungan di rekening lain yang bisa dipergunakan untuk menyambung hidup sementara uang gaji dan uang biaya perjalanan dari kantor terjebak di rekening tanpa kartu ATM dan buku tabungan tersebut.

Kembali ke kota Malang, pagi hari ketika akan kembali ke Jakarta, pesawat sriwijaya yang akan kutumpangi mengalami masalah teknis. Jadilah, aku dan beberapa orang rekan kerja ku terjebak di bandara yang lebih mirip terminal bus. Penumpang-penumpang lain sudah mulai panik karena setelah 3 jam belum ada kepastian kapan pesawat tersebut akan kembali beroperasi.

Banyak orang rusuh di depan loket check-in, ada yang protes, marah-marah, minta uangnya kembali, tapi kita hanya bisa pasrah terima nasib dan bergumam, betapa "malang" nasibku. Setelah menunggu selama hampir 3 jam lagi, akhirnya kita lepas landas juga meninggalkan kota Malang.

Tidak terasa sudah setahun berlalu sejak awal perjalananku di kota Malang itu.......

Bolu Kemojo

Kota Pekanbaru yang terletak di propinsi Riau, sangat kental dengan pengaruh budaya Melayu. Rumah adat, tari-tarian daerah, dan makanannya banyak berakar dari kebudayaan melayu.


Salah satu penganan khas Melayu yang banyak terdapat di Pekanbaru adalah Bolu Kemojo. Kue ini biasanya disajikan pada acara-acara khusus, seperti lebaran. Namun kue ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Riau.


Rasa Bolu ini agak berbeda dari bolu yang biasanya. Rasa bolu ini lebih mirip kue lumpur tapi lebih padat. Kue ini tersedia dari bermacam-macam rasa, ada rasa original, rasa coklat, rasa jagung, rasa durian, dan ada rasa-rasa lain lagi (lupa.. he3..). Tapi hati-hati kalau mau menjadikan bolu ini sebagai oleh-oleh, karena dibuat secara alami dan tanpa bahan pengawet, kue ini hanya tahan 3 hari.


Toko oleh-oleh khas Pekanbaru yang aku singgahi berada di Jl. Riau. Karena kebetulan aku menginap di hotel gran elite di dekat situ, jadi sekalian singgah. Toko oleh-oleh ini komplit, menjual segala macam makanan ringan khas riau, seperti kue bangkit dan lempuk durian. Toko ini juga menjual makanan-makanan ringan dalam kemasan(seperti biskuit, coklat, chips ) yang di import dari malaysia dan singapore.

Jumat, 28 November 2008

Sate Rusa

Aduuuuh... kasian ya? aku juga ga pernah ngebayangin bakal tega makan daging rusa, soalnya kebayang mukanya yang lucu. Lagipula bukannya binatang itu salah satu binatang yang hampir punah ya? Tapi karena katanya rasa daging rusa uuueeenak nya bukan main, aku penasaran juga pingin nyobain.

Pergilah kita serombongan ke rumah makan yang menjual
sate dan sop rusa. Aku lupa nama rumah makan dan lokasinya, tapi kalau tanya orang Pekanbaru, pasti mereka tahu. Katanya rusa yang di masak di restoran ini di dapat dari hasil perburuan. Aduh, tambah kasihan lagi deh..

Terlepas dari kontroversi kasian atau tidak kasian. Punah atau tidak punah. Berburu atau tidak berburu. Jadi, bagaimana rasanya?

Menurut aku, dagingnya rasanya memang beda. Satenya sama sekali tidak terasa berlemak. Dagingnya lembut sekali, rasanya hampir seperti tidak ada serat nya. Tapi sate rusa ini diberi bumbu yang sangat manis sekali, katanya untuk menetralisir rasa anyir nya. Jadi, karena manis makan sedikit saja rasanya sudah kenyang. Tidak heran, seporsi sate rusa hanya terdiri dari 5 tusuk, itu pun aku tidak habis. Lain kalau aku makan sate kambing, 15 tusuk bisa sendiri huehe3..

Di rumah makan ini juga menjual dendeng rusa yang dijual kilo-an. Boleh juga tuh untuk oleh-oleh..

Ikan sungai enyak..enyak..enyak..

Di daerah Pekanbaru ini yang terkenal adalah jenis ikan-ikanan sungai, seperti ikan Patin dan ikan Baung. Ikan-ikan ini hidupnya di sungai yang dalam dan katanya asli hanya ada di Indonesia. Karena ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan pemalas, alias tidak banyak gerak, jadi daging ikannya mengandung lemak. Rasanya lebih gurih dibandingkan ikan air tawar lain, karena itu permintaan ikan jenis ini semakin banyak, dan mulai di budidayakan.

Ikan Patin mungkin banyak di temui dimana-mana, khususnya di rumah makan padang. Bahkan di jakarta ada rumah makan yang khusus menyediakan hidangan ikan patin. Tapi kalau ikan Baung, mungkin masih agak asing di telinga, tapi rasanya tidak kalah gurih dibanding ikan patin. Di pekanbaru, ikan jenis ini, dimasak macam-macam, ada gulai ikan baung, ikan baung asam pedas, dan lain-lain. Tapi favorit aku ikan Baung bakar. Slurp..jadi ngiler nih ngebayanginnya


Pertama-tama aku menginjakan kaki di Pekanbaru, jam makan siang, aku langsung mencari santapan siang khas Pekanbaru. Lalu aku dibawa oleh driver mobil yang aku sewa ke sebuah rumah makan di Jl. Jend. Sudirman bernama Pondok Gurih. Setiap tamu yang datang disambut dengan dentuman gong. Disitulah aku mencoba ikan Baung. Aku juga mencicipi ikan selais, satu lagi jenis ikan khas pekanbaru. Ikan ini kecil-kecil, hampir seperti baby fish, jadi kalau digoreng rasanya garing dan gurih. Setiap kali aku ada kesempatan ke Pekanbaru aku selalu menyempatkan diri untuk makan di sini, jadi tempat makan favorit ceritanya. Selain ikan patin, ikan baung, ikan selais, coba juga tumis pakis nya. Rasanya mirip tumis kangkung, tapi bahan bakunya adalah pakis muda.

Restoran lain di Jl. Jend Sudirman yang menyediakan hidangan ikan Baung adalah Pondok Asam Pedas Baung. Bedanya dari Pondok gurih, yang menunya dipesan, di Pondok Baung semua menu di hidangkan, mirip seperti di rumah makan padang. Selain itu ada juga Restoran Sri Mersing, di Jl. Mustafa Sari. Restoran ini letaknya agak di dalam, bukan di pinggir jalan raya. Menu makanannya dipesan dan mirip dengan Pondok Gurih. Tapi kalau soal rasa, aku lebih prefer rumah makan pondok gurih.

Kamis, 27 November 2008

Sumba Opu

Sudah menjadi tradisi, kalau jalan-jalan ke luar kota biasanya kita merasa kurang..gimanaaa gitu.. kalau belum beli oleh-oleh buat yang di rumah. Entah itu sebagai bentuk perhatian atau bentuk penegasan secara tidak langsung bahwa kita baru pulang jalan-jalan..he3..

Makassar adalah salah satu kota di daerah yang
memiliki pusat belanja oleh-oleh khas daerah tersebut, namanya Jl. Sumba Opu. Nah, yang kayak begini nih yang aku suka, sebagai turis pemalas, pusat belanja oleh-oleh model begini menghemat waktu dan lebih praktis.


Di sepanjang Jln Sumba Opu ini banyak toko-toko yang menawarkan souvenir dan oleh-oleh khas Sulawesi Selatan dari mulai kain tenun, sarung bugis, kerajinan dan kopi Toraja, kaos bergambar, macam-macam aksesoris (tas, kalung, gelang, etc, etc) dan macam-macam penganan ringan.


Berbagai macam kain tenun Makassar dapat kita temukan dengan harga yang terjangkau. Aku juga beli minyak tawon asli Makassar, titipan eyang putri. Dan favorit aku adalah miniatur kapal pinisi dalam botol, yang selalu bikin aku penasaran tentang cara pembuatannya. Ternyata menurut informasi salah seorang penjual, kapal miniatur itu di rakit di dalam botol. Waw...



Lihat juga:


Rabu, 26 November 2008

Mikie di Brastagi

Dua hari sebelum berangkat ke Brastagi, aku di telpon teman kantor ku yang sudah duluan berangkat, "Bawain jaket donk, gw kedinginan banget disini." Dia sebelumnya tidak menyangka kalau di sana udaranya dingin."Gw pikir karena deket-deket Medan jadi ga bakal dingin,"katanya.

Well, sebenarnya ga deket-deket amat sih. Untuk menuju ke Brastagi kita harus menempuh kurang lebih 3 jam perjalanan. Kira-kira sama seperti dari Jakarta ke puncak, suasana dan hawanya juga tidak jauh beda. Hanya saja disana lebih sepi dan lebih dingin. Brrr....


Aku tiba di Mikie Holiday Resort, Brastagi pada minggu malam. Dari luar kelihatannya tidak begitu istimewa, begitu masuk lobby baru kelihatan kalau hotel ini mewah juga. Di halaman dalamnya ada taman bunga yang bagus, bunganya warna-warni. Di Mikie Holiday juga ada fun park, ada waterboom dan permainan anak-anak, juga ada tempat outbond.

Sayangnya aku tidak sempat foto-foto di hotelnya, karena waktu itu kerjaan ku di sana hectic banget, boro-boro kepikiran buat foto-foto dan main-main di funpark nya (kog jadi curhat colongan..he3..). Satu-satunya dokumentasi yang aku punya di hotel ini hanya foto aku dari balkon kamar diatas. Gambar-gambar dibawah aku ambil dari website Mikie Holiday



Walaupun tidak sempat main di funpark Mikie Holiday, aku sempat main-main di kebun jeruk sambil kerja (agak miris memang) dan sempat main ke rumah salah satu teman kerja aku yang asli dari daerah sana. Di rumah nya itu kita di suguhi duren sekarung, jadilah kita pesta duren sampai ada salah satu teman kerja ku yang masuk rumah sakit malamnya karena kebanyakan makan duren.



Sedihnya lagi, aku yang datang belakangan karena sebelum ada tugas lain di Malang, harus pulang duluan karena ada urusan. Dan rombongan teman-teman ku yang masih disana pergi ke Danau Toba, aku cuman bisa gigit jari sambil melihat foto-foto mereka di Danau Toba dengan pandangan iri....


Selasa, 25 November 2008

Gedung Berbentuk Buku

Gedung berbentuk buku yang sedang terbuka disamping terletak di Jl. Sudirman, Pekanbaru. Bangunan unik yang megah tersebut adalah gedung arsip dan perpustakaan yang kini menjadi icon kota Pekanbaru.


Pekanbaru merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sedang berkembang. Semenjak peraturan otonomi daerah, tampaknya pemda wilayah yang kaya minyak bumi ini terus mengembangkan kotanya secara progresif.


Kalau dibandingkan dengan kota-kota lain di pulau sumatera yang pernah saya kunjungi, kota Pekanbaru ini merupakan kota yang paling bersih, bangunan-bangunannya tertata rapih, jalan-jalan utama nya besar dan disana juga sudah dibangun pusat-pusat perbelanjaan (aka mall). Bahkan Jco dan Breadtalk sudah beredar disana he3x..


Bentuk buku dari gedung perpustakaan dan arsip kota pekanbaru itu sangat jelas jika di lihat dari halaman Kantor Gubernur yang terletak di sampingnya. Karena sudah terlanjur ada di halaman gedung kantor gubernur yang tidak kalah mewahnya, sebagai banci foto sejati, harus donk mengabadikan momen ini.




Tanjung Bunga, Rekreasi Terpaksa

Rekreasi kog terpaksa? Tapi bener loh, aku pernah mengalami sendiri.
Setelah melewati satu minggu yang berat di kota Makassar (karena pekerjaan, bukan karena makan melulu, terus jadi berat he3..), di hari Sabtu yang aku inginkan hanya bangun siang, malas-malasan seharian, dan memburu makanan enak di Makassar.

Kenyataannya, semua impian untuk bermalas-malasan seharian itu buyar semua. Si Boss, memerintahkan untuk berekreasi di hari Sabtu pagi tersebut, demi meningkatkan kebersamaan dengan cara bermain voli pantai. Jadilah kita semua berangkat ke Tanjung Bunga untuk memuaskan nafsu si Boss bermain voli pantai.


Kawasan Tanjung Bunga di Makassar, adalah kawasan yang baru dibangun. Fasilitas di kawasan ini sangat lengkap, termasuk perumahan, pertokoan, mall dan tempat rekreasi. Bahkan gosipnya, Kalla Group bekerjasama dengan Bakrie, berencana membangun tempat hiburan semacam Disneyland di sana. Tapi waktu aku kesana, kawasan ini masih dalam proses pembangunan.



Berekreasi dengan cara bermain voli pantai sudah jelas bukan cara ku untuk bersenang-senang. Tapi setidaknya aku sangat menikmati menyaksikan orang-orang paruh baya tampak senang bermain jungkat-jungkit.


Senin, 24 November 2008

Menikmati Kelapa Muda di Losari

Sore-sore enaknya santai di pinggir pantai sambil menikmati kelapa muda..Hmmm... Segar.. Itulah yang aku dan Pak Aluma (cowok hitam manis asal Afrika yang sedang memegang kelapa). Di pinggir pantai Losari di Makassar ini, kelapa muda yang dijual benar-benar asli. Tidak ditambah sirup atau gula seperti di restoran-restoran.

Buah kelapa langsung kita pilih, kemudian abang penjualnya langsung memangkas ujung batok kelapanya sedikit agar kita bisa meminum air nya. Setelah air nya habis, si abang baru akan membelah kelapa nya supaya kita bisa memakan daging kelapa.


Jujur saja, ini pengalaman pertama aku minum kelapa muda dengan cara begitu. Biasanya selama ini, kalau aku minum kelapa muda sekalian juga makan daging kelapanya. Kebayang kan maksud nya?

Jadi waktu pertama-pertama aku di kasih kelapa yang hanya terpangkas sedikit diujungnya (lebar bolongnya cuma sebesar sedotan), aku agak bingung juga, gimana cara makan buahnya?
"di minum airnya dulu, mil," kata Cipu (cowo berbaju merah yang foto sama aku dibawah ini). Anyway, dia itu orang Makassar yang merantau ke Jakarta dan pernah sekantor sama aku, dia lah oknum yang bertanggung jawab memandu perjalanan rombongan FAO di Makassar.

Terus, aku minum semua airnya..glek..glek..glek.. Kemudian, kelapa yang sudah kosong itu di berikan lagi ke abang nya untuk dibelah. Tapi karena tadi air nya aku minum semua, perut aku rasanya sudah penuh buat makan daging kelapanya. Padahal kalau dibuang sebagian juga enggak apa-apa kali. Memang dasar culun..he he he..




Fort Rotterdam


Benteng ini agak berbeda dengan benteng peninggalan jaman kolonial lain di Indonesia. Karena benteng yang terletak di Makassar ini awalnya dibangun oleh raja Gowa, Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, di tahun 1545. Baru kemudian, Belanda datang dan mengambil alih Benteng Makassar, memugarnya untuk dijadikan pusat pemerintahan dan perdagangan. Setelah itu nama Benteng ini menjadi Fort Rotterdam.





Jadi, kalau ke Makassar, sempetin deh ke benteng ini. Khususnya buat yang banci foto, Fort Rotterdam bisa jadi background foto yang bagus, seperti foto di dalam studio atau foto di dalam lukisan.





Fort Rotterdam berlokasi di pinggir pantai Losari. Dari atas benteng ini, kita bisa menyaksikan pemandangan pantai di kala senja, di saat matahari terbenam. Warna langitnya indah banget deh...

Lihat juga:
- Fort Marlborough di Bengkulu
- Benteng Otanaha di Gorontalo


Sabtu, 22 November 2008

Pohon Sawo dan Pasir Pantai Laut Selatan

Di halaman dalam Keraton Surakarta Hadiningrat terdapat pohon-pohon sawo yang berjajar rapih. Menurut abdi dalem yang memandu , jumlahnya ada 76 pohon dan masih berbuah hingga sekarang.

Pohon-pohon sawo itu tumbuh diatas pasir yang, menurut si abdi dalem, merupakan pasir yang berasal dari pantai laut selatan dan dipindahkan ke halaman keraton melalui cara gaib, dalam semalam, Jebret! tiba-tiba pasirnya sudah ada di halaman.




Dengan cara itu, Paku Buwono II yang membangun keraton ini sudah melakukan penghematan dari segi pembelian pasir, menyewa truk pasir untuk mengangkut pasir tersebut dari Pantai Laut Selatan ke Solo, dan biaya bongkar-muat. Hmmm... pintar

Rumah Pengasingan Sang Proklamator


Di jaman kolonial Belanda, Bengkulu sering dijadikan tempat pembuangan tahanan politik, diantaranya adalah Sentot Ali Basyah. Pada tahun 1938, Bung Karno juga diasingkan oleh Belanda ke daerah ini setelah sebelumnya sempat dibuang ke Ende, Flores.

Dalam pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno diperbolehkan beraktivitas apa saja selain aktivitas politik. Maka beliau bergabung dengan Muhammadiyah Bengkulu, membangun masjid Jami', dan mendirikan kelompok sandiwara bernama "monte carlo".

Selama pengasingannya di Bengkulu, beliau bertemu dengan Fatmawati yang kemudian dinikahinya pada tahun 1943 dan memiliki lima orang anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rahmawati, Sukmawati dan Guruh Soekarnoputra.


Rumah yang dihuni selama 4 tahun masa pengasingannya tersebut, hingga saat ini dijadikan objek wisata sejarah di daerah Bengkulu. Rumah mungil berhalaman luas yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta tersebut terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, ruang makan yang terletak di serambi belakang rumahnya, serta paviliun tambahan yang terdiri dari kamar mandi dan dapur.

Barang-barang peninggalan Bung Karno yang masih tersimpan disana selain furniture antara lain, buku-buku, sepeda tua, foto-foto Bung Karno dan keluarganya, ada juga surat Bung Karno yang di pajang, satu lemari berisi kostum-kostum sandiwara dan sebuah sumur tua.


So, untuk yang mengaku punya rasa nasionalisme yang tinggi, belum afdol kalau belum mengunjungi tempat ini.





Jumat, 21 November 2008

Makan-makan di Makassar

Pergi ke Makassar bisa berbahaya untuk orang yang lagi diet. Karena di kota yang terletak di bagian bawah pulau sulawesi ini banyak makanan khas yang lezat-lezat
  • Buat yang doyan seafood, disini tempatnya. Mumpung lagi di Makassar, lebih baik di puas-puasin, karena harga seafood di sini lumayan murmer alias murah meriah.
    Aku sempat nyoba'in di Restaurant Ratu Gurih, Jl. Pasar Ikan. Salah satu teman aku jadi ketagihan sama Palu Mara nya. Kalau mau yang lebih murmer lagi, yang aku sempet coba di Lae-Lae, tapi lupa jalan apa.
  • Kalau mau sarapan khas Makassar bisa ke Jalan Nusantara. Di sana ada Coto Makassar yang rame banget. Biar tempatnya sempi dan sesak tapi tetap saja banyak orang yang datang sampai rela mengantri tempat duduk. Sayangnya waktu makan disana aku belum kepikiran buat bikin blog begini, jadi enggak foto-foto, tapi aku ambil foto nya dari reinalreinal.multiply.com . Kalau di klik link nya, juga ada cara makan coto yang baik dan benar heheheee....

  • Iga bakar dan Sop Konro Karebosi adalah makanan yang wajib di cicipi di Makassar. Lokasi nya di Jl. Gunung Lompobattang. Mmmm.......Yummy..... Foto dibawah ini aku ambil dari www.serpong.org

  • Mie kering Makassar juga makanan yang wajib dicicipi di kota ini. Rasa kuahnya gurih, dicampur dengan potongan-potongan sea food dan sayur. Terus mie nya, garing..kriess..kriess... Mie kering yang sempat aku kunjungi adalah mie Anto di Jl. Bali. Lagi-lagi, tempatnya kecil tapi sesak pengunjung. Kalau mau lihat foto-fotonya ke ervita.multiply.com, disini juga ada review Palu Basa di Jl. Serigala, yang aku pengen banget coba'in tapi belum sempat.
  • Aku juga sempat makan es pisang ijo di rumah makan yang letaknya di depan pantai Losari. Pisang ijo itu pisang yang dilapisi tepung warna hijau, ada kuah santannya dan rasanya manis. Di santap dingin-dingin... segar....









Fort Marlborough

Fort Marlborough adalah benteng peninggalan Inggris pada abad ke 17, disaat kolonial Inggris menguasai daerah yang pada saat itu disebut Bengcoolen. Bangunan ini mulai dibangun pada tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719.


Nama Marlborough di ambil dari nama sebuah kota di daerah Inggris. Sepertinya menjadi kebiasaan Inggris untuk menamai hasil kolonialisme nya dengan nama yang mirip dengan salah satu kota di negara nya. Seperti New York di Amerika, yang diambil dari kota York di Inggris. New Hampshire yang juga berada di Amerika diambil dari kota Hampshire di Inggris.

Bangunan benteng yang kokoh ini terletak di pinggir laut, sehingga dari atas kita bisa melihat pemandangan pantai dan laut. Di dalam bangunan benteng ini juga terdapat penjara, gudang penyimpanan senjata dan kantor-kantor administrasi.




Selain itu di dalam Fort Marlborough juga terdapat tugu nisan untuk memperingati para petinggi benteng tersebut. Di dekat pintu masuk juga terdapat tiga buah makam kuno milik orang Inggris yang meninggal ketika mempertahankan benteng itu.



Kemudian, setelah menguasai daerah Bengkulu selama hampir satu abad, pada tahun 1825 Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda, termasuk benteng ini. Belanda pun menambahkan bangunan di dalam benteng ini. Dan mulai abad ke-19, masyarakat tionghoa mulai datang ke kawasan ini dan membangun China Town di seberang Fort Marlborough.





Lihat juga:
- Fort Rotterdam di Makassar
- Benteng Otanaha di Gorontalo
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...